Langsung ke konten utama

Sudut Cerpen : Mimpi Audrey

 

Mimpi Audrey

Oleh : Yosephine Clarisa Tasya

 

                  Di kala ayam sudah berkokok itulah pertanda malam segera usai dan sang fajar akan segera datang dengan cahaya yang segera menyingsing. Cahaya itu menulusup melalui celah-celah daun hingga masuk  ke dalam rumah untuk memberikan kehangatan dan membangunkan setiap insan dari dinginnya malam. Hembusan udara dingin masih tersisa juga masuk ke dalam ruangan-ruangan dalam rumah. Udara dingin masuk melalui celah dibawah pintu setiap ruangan yang ada dalam rumah. Udara dingin itu menyapa dengan lembut setiap insan yang masih terlelap. Cicit cuit…… cicit cuit…….Terdengar kicauan burung nan merdu yang sedang meraya di angkasa yang turut mengusik orang dari tidurnya. Kring… Kring…. Terdengar suara denting alarm yang sangat kencang membangunkan keluarga Audrey terutama ibu Audrey. Tepat pada pukul 05.30 mereka pun perlahan membuka mata dan bergegas untuk segera bangun dari tempat tidurnya kecuali Audrey, si kecil yang susah sekali dibangunkan karena ia senang dengan petualangan mimpi dalam tidurnya. Audrey adalah seorang tuna rungu sehingga ia pun tidak dapat mendengar alarm yang sangat berisik yang membangunkan ayah dan ibunya. Ibunya pun segera menuju ke kamar Audrey untuk membangunkannya.

“Audrey… Audrey…. bangun nak…. hari sudah siang saatnya bangun untuk sekolah!”   Kata ibunya sambil menepuk-nepuk bahu Audrey dan menunjukkan pukul berapa di jam weker yang di angkatnya.

Audrey pun mulai membuka mata dan melihat pukul berapa di jam weker tersebut.  Ia hanya memberikan isyarat dengan menganggukan kepalanya. Kemudian bergegaslah ia membuka lemari baju untuk menyiapkan seragam yang akan dikenakannya untuk bersekolah dan ia pun menuju kamar mandi dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka.

                  Setelah selesai mandi, Audrey menuju ke depan meja belajarnya untuk mengambil buku dan tugas yang masih bergeletakan diatas meja dan memasukkannya kedalam tas. Tak lupa sebelum iya keluar dari kamar, ia merapikan kembali seragam dan ikat rambutnya serta membawa tasnya. Dari jauh Audrey telah mencium  bau sedap masakkan ibunya. Lalu Audrey cepat-cepat keluar dari kamar dan duduk di ruang makan seperti biasanya untuk menikmati makan paginya. Dengan sangat lahap Audrey menghabiskan makannya dan segera pergi ke sekolah. Audrey bersekolah di SMA Garuda yang tidak terlalu jauh dari rumahnya. Audrey pergi ke sekolah diantar oleh sopir seperti biasa.

                  Sesampainya di depan sekolah, Audrey pun segera turun kemudian dengan girangnya ia berjalan menuju kelas. Setiap harinya Audrey terkenal sebagai anak yang periang meskipun ia tidak dapat mendengar. Saat perjalanan menuju ke kelas, Karin, Putri, dan Luis mendatangi Audrey dan mengejek-ejek Audrey.

“Eh ada anak cupu nih!” Ujar Karin

“Eh cupu ngapain lo sekolah? Bisa denger aja nggak!” Kata Putri sambil mendorong pundak Audrey

“Iya, percuma lo sekolah. Pelajaran aja gak ada yang bisa lu denger.” Kata Luis sambil bersender di dinding depan kelas

Karin, Putri, dan Luis terkenal memang suka menganggu Audrey karena mereka menanggap Audrey anak yang aneh karena tidak bisa mendengar. Audrey pun hanya terdiam dan menunduk setelah apa yang dilakukan Karin, Putri, dan Luis. Audrey. 

                  Akhirnya ia masuk ke kelas dan duduk di bangku favoritnya. Pelajaran pertama adalah matematika, salah satu pelajaran kesukaannya. Audrey sangat antusias mengikuti pelajaran tersebut. Sebelum di mulai pelajaran Bu Maya membagikan hasil ulangan minggu lalu. Satu persatu dipanggil untuk menerima hasil ulang tersebut.

“Mita…

Angga….

Bily….

Audrey….. “ Kata Bu Mita memanggil murid-muridnya.

Saat maju ke depan untuk mengambil hasil ulangan, Bu Maya selalu tersenyum padanya karena Audrey selalu langganan mendapatkan nilai 100 dalam pelajaran matematika. Berbeda dengan Karin, Putri, dan Luis yang selalu mendapat nilai kurang dari 50.  Tak heran jika mereka selalu kena marah Bu Maya. Mereka hanya bisa terdiam dan saling memandang satu sama lain. Kring…kring…..kring…. suara lonceng yang menandakan pelajaran pertama usai dan waktu untuk istirahat. Sherly teman sebangku Audrey pun menepuk tangan dan mengajaknya untuk makan di kantin. Tetapi Audrey memilih untuk tetap di kelas menikmati bekalnya. Sherly tidak ingin Audrey berada terus menerus di kelas pada saat jam istirahat. Sherly pun mengandeng tangan Audrey dan membawakan bekalnya. Mereka pun menuju ke kantin. Saat sampai di kantin, mereka duduk dibangku dekat tukang bakso langganan Sherly.

“Bang baksonya satu ya seperti biasa.” Kata Sherly pada abang penjual bakso

“Iya siap neng!” Jawab abang penjual bakso sambil tersenyum

Abang tukang bakso pun mengantarkan pesanan Sherly. Akhirnya Sherly dan Audrey menikmati makanan mereka bersama. Saat makan tiba-tiba datanglah Karin, Putri, dan Luis menuju ke meja mereka.

“Hei!” Kata Karin sambil menggebrak meja

“Sejak kapan nih anak cupu makan di kantin? Disini bukan tempat lo!” ujar Luis menambahkan

“Hei! Kalian itu maunya apa sih?! Gak usah ganggu kita!” Kata Sherly kesal

“Kita pengen si cupu ini pergi dari sini karena ini bukan tempatnya!” Kata Karin pda Sherly

“Apaan sih, ini kan tempat umum ya bebas dong siapa aja boleh pakai.” Kata Sherly

                  Sherly sangat kesal melihat perlakuan mereka pada Audrey. Audrey hanya memegang tangan Sherly dan meminta untuk segera pergi dari kantin. Mereka pun pergi dari kantin dan berjalan menuju bangku dekat lapangan. Sherly pun masih tampak kesal pada mereka.

“Kesel banget gue sama mereka! Bisa-bisanya nggak menghargai orang. Emang mereka pikir itu tempat punya mereka apa.” Kata Sherly sambil bermuka muram

“Sudahlah tak usah di dengarkan. Biarkan saja mereka itu.” Kata Audrey

Lalu mereka kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya. Pelajaran selanjutnya adalah Fisika. Sherly sangat senang dengan pelajaran ini, selaras dengan cita-citanya yaitu ia ingin menjadi arsitek. Saat pelajaran tersebut Pak Heri menuliskan soal-soal di papan tulis dan meminta murid-murid untuk mengerjakannya.

“Ini adalah soal-soalnya, segera kerjakan dan kumpulkan!” Kata Pak Heri

                  Sesudah itu Pak Heri meminta murid-muridnya untuk segera mengumpulkan pekerjaannya karena ia akan membahas soal-soal tersebut.

“Sekarang saya akan bahas soal-soal ini. Siapa yang mau maju mengerjakannya terlebih dahulu?” Kata Pak Heri bertanya

“Saya Pak.” Kata Sherly sambil mengacungkan tangan

“Siapa lagi selain Sherly yang mau mengerjakan? Silahkan maju!” Kata Pak Heri

“Saya Pak.” Jawab Angga salah satu murid di kelas itu

“Ayo siapa lagi?” Kata Pak Heri

Pada saat di tanya oleh Pak Heri siapa lagi yang ingin mengerjakan soal, satu kelas pun terdiam. Akhirnya Pak Heri menunjuk Karin, Luis, dan Bunga untuk mengerjakan soal tersebut. Bunga berhasil mengerjakan soal yang diberikan tetapi Karin dan Luis hanya terdiam dan mereka saling tengok untuk menanyakan jawaban.

“Nggak usah tengak-tengok. Kerjakan sendiri Luis…Karin…

Soal itu kan sudah pernah saya berikan.” Kata Pak Heri sambil duduk

“Makanya kalo sekolah tu belajar nggak usah gangguin anak orang!” Kata Sherly menyeletuk

“Hei Sherly! Siapa yang menyuruh kamu berbicara?” Kata Pak Heri

“Habisnya saya kesal Pak mereka gangguin Audrey mulu.” Kata Sherly sambil cemberut

“Sudah… sudah…. Karin dan Luis silahkan kalian kembali ke tempat duduk.” Kata Pak Heri

                  Kemudian Pak Heri pun melanjutkan pelajaran dengan membahas soal-soal itu. Setelah pelajaran usai murid-murid diminta untuk ke perpustakaan untuk melakukan kegiatan literasi. Kegiatan literasi itu berlangsung selama dua jam pelajaran. Audrey dan Sherly pun bergegas untuk pergi ke perpustakaan. Murid-murid berjalan ke lorong-lorong perpustakaan dan mencari buku yang mereka suka untuk dibaca. Ada yang membaca sambil duduk di lantai perpustakaan, ada yang duduk di kursi, ada pula yang membaca sambil berdiri. Audrey pergi ke lorong yang berisikan buku-buku tentang olahraga. Ia mengambil buku tentang renang. Audrey sangat senang bermain air dan ia bercita-cita untuk menjadi atlet renang. Ia sangat senang membaca buku tersebut hingga murid-murid yang lain pergi satu persatu meninggalkan perpustakaan. Kemudian datanglah Sherly dari belakang dan menepuk pundak Audrey sambil menutup buku dan meletakkannya pada rak buku.

“Audrey waktu membaca telah usai. Ayo kita kembali ke kelas untuk mengambil tas dan pulang.” Kata Sherly  sambil mengandeng tangan Audrey untuk diajak keluar

Audrey pun hanya mengangguk sambil melihat Sherly. Mereka pun bergegas keluar dari perpustakaan dan mengambil tas mereka di kelas. Kemudian mereka beranjak dari kelas menuju keluar sekolah, namun Sherly berpamitan untuk pulang dahulu.

“Audrey…. Gue pulang duluan ya, soalnya mama tadi nelpon jam 3 nanti ada arisan di rumah jadi gue harus bantu.” Kata Sherly berpamitan sambil menyodorkan kertas berisikan pesan tersebut

“Oh iya… Hati-hati dijalan ya Sher!” Kata Audrey menjawab sambil melambaikan tangan

                  Audrey pun menunggu sopir yang biasa menjemputnya sendirian. Tiba-tiba tetesan air membasahi dahi Audrey. Lalu ia menatap ke langit dan melihat bahwa langit sudah gelap. Hujan pun turun, Audrey berlari ke arah pos satpam untuk berteduh. Tidak hanya Audrey yang berteduh di situ, murid-murid yang lain pun banyak yang berteduh. Mereka saling berdesakan untuk berteduh sebab pos satpam sangat kecil. Hampir 30 menit ia menunggu sopirnya namun tak kunjung datang. Kemudian Tania mengajak Audrey untuk pulang bersama karena rumah mereka berdekatan.

“Pak.. Pak… tunggu sebentar” kata Tania menepuk pundak sopirnya

“Ada apa non?” kata sopir Tania

“Berhenti dulu deh pak. Itu sepertinya Audrey anak satu kompleks. Sepertinya ia belum di jemput, coba aku ajak pulang bareng.” Kata Tania

“Iya non, sepertinya itu non Audrey.” Kata sopir Tania meyakinkan

Kemudian Tania pun membuka kaca jendela mobilnya dan berteriak memanggil Audrey yang berada di pos satpam sekolah.

“Audrey! Audrey!” Seru Tania dari dalam mobil sambil membuka kaca jendela mobil

Tetapi Audrey tidak mendengar apa yang di katakan Tania. Tania lupa jika Audrey adalah seorang tuna rungu. Akhirnya Tania berlarian keluar dari mobil menuju pos satpam sambil membawa payung.

“Audrey kenapa kamu belum pulang?” Kata Tania sambil menepuk pundak Audrey dan berbicara menggunakan bahasa isyarat alakadarnya

“Aaaa… aku sedang menunggu untuk dijemput” Kata Audrey

Tania pun menggandeng tangan Audrey dan mengajak untuk masuk ke dalam mobil. Tetapi Audrey menolak untuk pulang bersama ia mengatakan bahwa ia sedang menunggu sopirnya. Tania tetap memaksa untuk mengajak Audrey pulang bersama. Akhirnya Audrey mau diajak pulang bersama. Di dalam mobil Audrey merasa gelisah akibat takut jika sopirnya menjemput di sekolah tetapi dia tidak ada. Tania yang melihatnya pun menyodorkan sebuah kertas yang menanyakan kenapa Audrey gelisah saat itu.

“Aaa…ku takut kalau sopirku datang dan mencariku.” Kata Audrey pada Tania

“Sudah… sudah tenang…” Kata Tania sambil mengelus tangan Audrey

                  Audrey pun mengeluarkan handphonenya lalu segera mengirimkan pesan pada sopirnya bahwa ia pulang bersama Tania tetangga satu kompleksnya. Sopir yang menerima pesan Audrey pun langsung berputar arah. Sopir yang menjemput Audrey ternyata terjebak macet di jalan menuju sekolah Audrey. Setelah kurang lebih 30 menit sampailah Audrey di rumahnya.

“Tan makasih ya sudah mengantar aku pulang. Makasih juga ya pak sudah mengantar aku pulang.” Ujar Audrey pada Tania dan sopirnya

Tania dan sopirnya pun hanya tersenyum. Sopir Tania pun turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Audrey. Tania pun pulang ke rumahnya sambil melambaikan tangan dari dalam mobil.

                  Sesampainya di rumah Audrey selalu disambut dengan hangat oleh anjing kesayangannya yang bernama Bee. Bee pun selalu mengikuti Audrey kemana pun ia pergi di dalam rumah. Audrey pergi ke kamar dan membersihkan dirinya. Sesaat kemudian mama Audrey mengetuk dan membuka pintu kamarnya untuk mengajak makan bersama. Mereka makan bersama dengan masakan yang telah di buat oleh mama Audrey. Audrey sangat makan dengan lahap. Selesai makan ia bersantai sejenak di ruang tengah rumahnya sambil membaca majalah. Usai bersantai Audrey pun kembali ke kamar untuk belajar. Ia kembali membuka buku pelajaran dan mempelajari apa yang telah diajarkan disekolah tadi. Setelah selesai belajar, Audrey menyempatkan membuka youtube untuk melihat kejuaraan Asian Games. Ia melihat cabang olah raga yang ia senangi yaitu renang. Kebetulan ada atlet kesukaannya yaitu Ressa Kania Dewi. Setelah cukup lama menonton Audrey pun tertidur pulas.

                  Keesokan paginya, Pak Heri, guru fisika Audrey, berpapasan dengan Audrey. Ia menitipkan sebuah surat untuk Sherly dan meminta Sherly menemuinya di ruang guru. Audrey hanya tersenyum dan membaca nama yang ada  di depan amplop. Audrey pun segera masuk ketika melihat Bu Maya membunyikan lonceng di depan ruang guru. Audrey duduk di bangku kesukaannya tapi sayangnya hari itu tak seperti biasanya. Sherly teman sebangkunya tidak ada disampingnya. Audrey tak tahu kenapa Sherly tidak masuk sekolah pada hari itu. Ia berinisiatif untuk menanyakan mengapa Sherly tidak masuk sekolah, lalu ia mengirim pesan di Whatsapp kepada Sherly. Selama pelajaran berlangsung Audrey merasa sangat kesepian karena tidak ada Sherly yang mengajaknya berbicara. Audrey memikirkan Sherly selama pelajaran. Jam istirahat pun tiba, Audrey mengambil gadgetnya kemudian menelepon Sherly. Nada dering tersambung namun Sherly tidak menjawab telponnya. Akhirnya seusai sekolah Audrey meminta kepada sopirnya untuk mengantarnya ke rumah Sherly.

“Mari non…” Kata pak sopir pada Audrey sambil membukakan pintu mobil

“Pak kita ke rumah Sherly ya!” Kata Audrey pada pak sopir

“Ada apa non kok tumben mau ke rumah non Sherly? Apa tadi nggak ketemu di sekolah?” Kata pak sopir menjawab sambil melihat ke kaca dan memberikan isyarat pada Audrey

“Tadi Sherly nggak masuk sekolah pak. Tapi aku whatsapp nggak dijawab terus aku telpon juga ga diangkat. Aku khawatir pak pada Sherly karena dia tidak ada kabar.” Kata Audrey sambil sedikit panik

“Oh begitu…. Ya sudah non ini bapak antar…

Ngomong-ngomong rumah non Sherly dimana ya?” Kata pak sopir sambil memberikan isyarat tentang rumah

“Hah apa pak? Pulang kerumah? Loh…loh…. Kita kerumah Sherly.” Kata Audrey pada sopir

“Aduhhh non… maksud saya alamat bukan pulang ke rumah tapi alamat rumah non Sherly.” Kata pak sopir sambil menepuk dahi

Kemudian saat berada di lampu merah pak sopir mengambil kertas dan pulpen. Ia menulis di kertas tersebut dan menanyakan di mana rumah Sherly lalu memberikannya pada Audrey. Audrey menerima kertas tersebut. Ia membuka gadgetnya dan melihat histori chatnya bersama Sherly karena sewaktu itu ia pernah meminta alamat Sherly. Setelah ditemukan ia menuliskan alamat lengkap Sherly dibelakang kertas yang diberikan pak sopir itu kemudian menyodorkannya pada sopirnya.

“Hahaha…… Ini pak alamatnya. Ngomong dong pak kalau minta alamat Sherly!” Kata Audrey pada pak sopir sambil tertawa

“Iya non…. Segera meluncur kesana.” Kata pak sopir menjawab

                  Sesampainya di depan rumah Sherly, Audrey melihat bahwa rumahnya tampak sepi. Audrey pun turun dari mobil dan mendekat ke arah rumah. Ia masuk dan mengetuk pintu rumah Sherly namun tidak ada ada yang menjawab. Lalu ia menelepon Sherly kembali. Audrey memutuskan untuk menunggu di dalam mobil karena ia berharap sekali bertemu dengan Sherly untuk memberikan surat dari Pak Heri tadi. Rasa penasaran Audrey pun muncul, lalu ia membuka amplop tersebut dan membacanya. Ternyata surat tersebut berisikan mengenai lomba OSN fisika tingkat SMA se-Semarang.

“Coba saja yah hari ini aku bertemu dengan Sherly pasti dia sangat senang membaca surat ini sebab lomba itu tentang pelajaran yang dia suka. Dia juga pernah mengatakan padaku kalau dia ingin sekali bisa mengikuti lomba mengenai pelajaran fisika.

Dia kemana ya kira-kira? Nggak biasanya rumahnya sepi kaya gini.” Kata Audrey dalam hati

Sekitar hampir satu jam menunggu akhirnya Audrey pun memutuskan untuk pulang saja dan menyimpan surat itu dalam tas. Audrey pun pulang dengan beban karena ia tidak dapat menyampaikan surat tersebut pada Sherly. Sepanjang perjalanan pulang Audrey memikirkan Sherly dan wajahnya nampak cemas karena tidak biasanya Sherly tidak ada kabar seperti ini. Sampai dirumah seperti biasanya ia disambut oleh anjing kesayangannya, Bee. Namun kali ini Audrey nampak menghiraukan Bee, ia langsung masuk ke dalam kamar. Ia masih saja masih saja memikirkan Sherly. Ibu Audrey tak sengaja melihat wajah Audrey yang cemas dan tingkah laku Audrey yang tidak seperti biasanya. Ibunya segera ke kamar Audrey untuk menghampirinya.

“Tok…Tok…Tok…” Terdengar suara ketukan pintu

“Audrey…Audrey… Buka pintunya nak…

Audrey… Ibu masuk ya?” Kata ibu sambil berdiri di depan pintu

Ketika dipanggil oleh ibu tak ada suara sama sekali. Lalu ibu mencoba membuka pintu kamar Audrey, ternyata kamar Audrey tidak di kunci. Ibu pun masuk ke dalam kamar dan mendekat ke arah Audrey.

“Audrey.. nak kenapa kamu sayang?” Kata ibu sambil duduk di kasur

Audrey tidak menjawabnya sama sekali. Ia tetap terlihat murung dan cemas. Kemudian ibunya mengambil memo di atas laci Audrey dan menulis pesan. Di memo itu tertuliskan “Audrey kenapa kamu terlihat cemas? Apakah ada masalah? Sini cerita sama ibu.” Ibu Audrey memberikan memo tersebut pada Audrey dan ia membacanya. Audrey hanya terdiam dan tersenyum pada ibunya. Lalu saat melihat Audrey sudah tersenyum ibunya memberikan isyarat meminta jawaban dengan menunjuk tulisan pada memo tersebut.

“Hm..Hmm… Bu, aku mau cerita nih….” Kata Audrey sambil menatap ibunya

“Mau cerita apa sayang? Sini ceritakan pada ibu.” Kata ibunya menjawab sambil mengelus kepala Audrey

“Ibu tau nggak sih Sherly tadi nggak masuk sekolah bu.” Jawab Audrey

“Terus apa masalahnya?” kata ibu sambil menuliskan di selembar kertas

“Sherly masuk sekolah tanpa alasan bu. Aku chat dia gak balas, aku telpon gak diangkat juga. Nggak biasanya dia kaya gini.” Kata Audrey

“Mungkin dia sakit kali. Tenanglah…” Kata ibu menjawab sambil menulis kata sakit di selembar kertas tadi

“Tadi aku pulang sekolah dating ke rumahnya tapi sepi dan kaya nggak ada orang. Aku ketuk pintunya gak di buka juga. Terus aku nunggu deh hampir satu jam tapi nggak ada orang juga yang datang.” Kata Audrey

“Emang kamu ada kepentingan apa sih? Sampai kamu rela menunggu satu jam di rumah Sherly?” Kata ibu sambil menuliskan apa yang diucap di kertas itu lagi

“Gini loh bu…..

Tadi Pak Heri menitipkan surat Sherly padaku bu. Pak Heri memintaku menyampaikan surat itu segera.” Kata Audrey

“Surat apa?” Kata ibu sambil memberi isyarat

“Aku awalnya nggak tau bu itu surat apa, terus aku akhirnya membukanya karena penasaran ternyata itu surat tentang lomba OSN fisika se-Semarang gitu deh.

Kalo ibu tahu dia itu jago fisika loh…… makannya aku nggak sabar buat kasih surat ini sama dia.” Jawab Audrey sambil memperlihatkan surat yang diberikan Pak Heri

“Oalah pantes aja….. Yasudah tidak usah di pikirkan ya, besok dia juga paling berangkat sekolah.” Kata ibu sambil menuliskan di kertas

“Tapi kan bu……” Kata Audrey terputus

“Ah sudahlah… sekarang kamu mandi dulu lalu makan malam ya. Ibu tunggu dibawah!” Kata ibu sambil memberikan isyarat untuk mandi dan makan sambil menunjuk kamar mandi dan lantai bawah

Lalu akhirnya Audrey beranjak dari tempat tidur dan meletakkan surat punya Sherly itu diatas meja belajarnya. Ia bergegas untuk menuju ke kamar mandi dan membersihkan diri. Setelah memakai piyamanya ia turun untuk makan malam bersama ibu dan ayahnya. Selama makan malam bersama Sherly hanya terdiam padahal ia biasanya bercerita banyak terutama pada ibunya. Usai makan dia langsung kembali ke kamarnya untuk melanjutkan kegiatannya. Ia duduk dan mulai membuka buku di meja belajarnya, namun ia merasa sangat bete dan malas untuk melakukan sesuatu. Lalu ia menutup bukunya dan mulai mencari hiburan yang lain. Ia membuka laptopnya dan melihat video-video lucu di youtube untuk memperbaiki moodnya. Audrey tertawa terbahak-bahak melihat video yang diputarnya. Setelah cukup bosan dengan video lucu itu Audrey mulai menggerakan kursor dan mengganti dengan menonton film. Saat menonton film Audrey dibantu oleh alat dengar yang diberikan ibunya tapi jarang sekali ia memakainya hanya sesekali saja. Film berlangsung selama dua jam, namun sebelum film habis Audrey telah terlelap tidur di meja belajarnya hingga pagi hari.

                  Keesokan paginya terbitlah matahari dari ufuk timur cahayanya memasuki celah celah jendela dan hampir menembus kaca namun tertutup oleh korden yang menempel di jendela kamar itu. Ruangan yang cukup luas namun gelap karena cahaya penerangan dipadamkan sejak malam. Alarm yang diletakkan di meja dekat lampu itu pun membangunkan ibu Audrey yang masih terlelap di kasur yang sangat empuk itu.  Letaknya tak jauh dari telinga ibu Audrey dan suaranya pun berdering cukup keras. Tangan ibu Audrey pun meraih alarm tersebut kemudian mematikannya. Hingga perlahan ibu Audrey pun membuka mata dan bergegas bangun. Sebelum ia keluar dari kamar, ia duduk di kasur dan bersembahyang. Ia selalu mendoakan keluarganya terutama anaknya Audrey. Terkadang ketika sedang berdoa, ibu Audrey pun menangis karena sedih melihat anaknya tidak bisa seperti anak yang lain. Namun, ia tetap bangga pada Audrey yang meskipun berkebutuhan khusus tetapi ia tetap bersemangat untuk bersekolah dan selalu berprestasi di sekolahnya. Padahal dalam benaknya melihat Audrey tersenyum tanpa beban itu sudah menjadi kebahagiaan tersendiri untuknya.

                  Kemudian ia beranjak dari kasur dan tangannya menggenggam gagang pintu dan mendorongnya ke bawah. Lalu terbukalah pintu itu dan ia berjalan keluar menyusuri jalan menuju kamar Audrey. Jalan menuju kamar Audrey pun masih gelap karena lampu di seluruh sudut dalam rumah di matikan kecuali lampu kecil pada ruang tengah. Sambil berjalan ke kamar Audrey, ibu pun menghidupkan lampu untuk menerangi jalan itu. Kemudian sampai di depan kamar Audrey ibu membuka pintu dan bersimpuh di dekat kasur Audrey dan membangunkannya. Setuhan tangan nan lembut menyentuh kening Audrey membuat Audrey terbangun. Audrey pun duduk di kasur tersebut dan ia pun mengucap syukur pada Tuhan seperti biasanya. Lalu ia berjalan mendekati meja belajarnya, ia menata kembali buku-buku sisa belajarnya semalam dan ia mengambil buku-buku yang akan dibawanya ke sekolah. Ia memasukkan semua buku-buku yang telah disiapkannya ke dalam tas. Lalu ia berjalan menuju ke depan almari dan mengambil seragam setelah itu ia membersihkan diri. Setelah selesai membersihkan diri ia segera bersiap-siap berangkat menuju sekolah. Seperti biasanya ia diantar oleh sopirnya menuju ke sekolah. Dalam perjalanannya menuju kesekolah tiba-tiba mobilnya berhenti mendadak. Ngeng…. Cit….. suara rem yang cukup kencang. Audrey pun cukup terkejut, badannya pun menghantam sofa mobil yang berada di depannya.

“Aduh……..” Kata Audrey ketika badannya terhantam oleh sofa mobil

“Duh….. maaf ya non…

Non Audrey nggak kenapa-napa kan ?” Kata sopirnya sambil menengok ke belakang memastikan keadaan Audrey

Audrey pun hanya mengangguk dan terdiam. Ia masih cukup syok karena kejadian tadi.

“Ada apa sih pak?” Kata Audrey bertanya

“Aduh maaf non bapak juga nggak tahu. Coba nanti bapak lihat.” Kata pak sopir sambil menggelengkan kepala

Kemudian pak sopir pun turun dari mobil dan berjalan ke depan melihat apa yang sebenarnnya terjadi. Setelah berjalan cukup jauh ternyata dijalan tersebut ada truk yang sedang terguling akibat bannya bocor. Truk itu terguling dan menutupi akses dua arah tersebut. Pak sopir pun kembali ke mobil. Ia mengambil memo yang ada di dalam mobil dan menuliskan apa yang terjadi tadi. Dalam memo itu tertuliskan “Truk terguling” dan memo itu diberikan pada Audrey. Lalu Audrey pun melihat jam yang melekat pada tangannya. Jarum jam menunjukan hampir pukul tujuh. Audrey pun mulai panik karena perjalanan menuju ke sekolahnya masih cukup jauh. Akhirnya ia memutuskan untuk memesan ojek online agar tetap bisa pergi ke sekolah tepat waktu. Ia pun berpamitan pada sopirnya dan segera bergegas pergi dari tempat itu. Ia berjalan cukup jauh dari jalan itu sekitar 100 meter untuk menghindari kemacetan dan menunggu ojek online itu di depan toko kelontong. Beberapa menit kemudian ojek online itu pun datang menjemput Audrey. Ketika ojek itu datang Audrey langsung memperlihatkan aplikasi ojek onlinenya dan abang ojek itu langsung paham. Abang ojek itu memberikan helm pada Audrey dan dengan terburu-buru Audrey menaiki motor sambil memakai helm. Selama perjalanan ia cemas karena waktu telah menunjukan pukul 07.15 yang artinya ia sudah terlambat dan tidak bisa masuk kedalam sekolah. Jalanan yang cukup padat dan berdebu pun ia rela lewati.  

                  Sesampainya disekolah gerbang sekolah sudah ditutup dan Audrey pun tidak bisa masuk. Ia harus menunggu beberapa menit untuk menunggu gerbang kembali dibuka bersama teman-teman yang lain. Wajahnya cemas dan pucat. Badannya pun lemas dan tangannya juga sangat dingin. Ini pertama kalinya ia terlambat dan harus menghadapi guru BK yang berjaga di depan pintu masuk sekolah. Jam yang melekat pada pilar sekolah pun telah menunjukan pukul 07.30, gerbang sekolah akhirnya dibuka. Siswa yang terlambat harus berbaris dan antri untuk di absen dan dicatat oleh guru BK. Tibalah giliran Audrey untuk diabsen, ia nampak sangat ketakutan dan wajahnya sangat pucat. Ia pun menunduk dan tidak berani menatap wajah guru BK itu.

“Selamat pagi nak…..” Kata guru BK itu menyapa dengan senyuman

“Se….selamat pagi bu……” Kata Audrey sambil bersalaman dan gugup

“Nama kamu siapa?” Kata guru BK itu sambil melihat Audrey yang menunduk

“…………………”

Audrey pun tidak menjawab karena ia tidak dapat mendengar. Guru BK itu memegang pundak Audrey dan memiringkan kepala untuk mengetahui sebenarnya itu siapa. Setelah itu, ia masih belum tahu kalau itu adalah Audrey. Tiba-tiba datanglah Bu Ajeng, guru BK kelas Audrey dan memberitahu pada guru BK yang menanyai Audrey itu tadi bahwa Audrey adalah seorang tuna rungu. Guru BK itu pun paham dan mulai menanyai Audrey pelan-pelan dibantu oleh Bu Ajeng.

“Namanya siapa bu?” Kata guru BK itu pada Bu Ajeng

“Namanya Audrey bu, dari kelas IPA 1” Kata Bu Ajeng pada guru BK itu

“Audrey kenapa kamu terlambat?” Kata Bu Ajeng menanyai dan sambil menuliskan kalimat tersebut pada belakang kertas yang dipegang oleh guru BK itu

“Aaa…aaaa…….” Audrey pun ketakutan dan gugup sehingga ia tidak dapat menjawab

“Kenapa Audrey? Coba sini ceritakan pada ibu!” Kata Bu Ajeng menanyai dan sambil memberikan isyarat menenangkan Audrey

“Aaaa…..

Aaaa….” Audrey pun masih gugup dan ia bingung harus bagaimana berkata-kata

“Sudah….. pelan-pelan sini ceritakan pada Ibu…. “ Kata Bu Ajeng sambil menenangkan

“Aaaa…

Jadi gini bu, tadi itu sebenarnya saya terlambat gara-gara ada truk terguling di Jalan Merdeka.” Kata Audrey sambil menuliskan di memo lalu menyodorkan pada Bu Ajeng

“Oh begitu……

Yayaya….. Ibu paham. Ya sudah sekarang kamu masuk saja ke dalam kelas.” Kata Bu Ajeng pada Audrey

“……………………………………..”

Audrey pun hanya terdiam dan masih ketakutan. Ia nampak tidak berani masuk ke dalam kelas karena ia mengetahui bahwa jam pelajaran pertama hampir usai. Ia terkenal paling disiplin dan rajin di kelasnya sehingga baru pertama kalinya ia terlambat seperti ini. Karena melihat Audrey masih nampak cemas akhirnya Bu Ajeng mendekati Audrey lagi.

“Kenapa kamu belum masuk kelas juga?” Kata Bu Ajeng menanyai Audrey

“……………………….” Audrey hanya diam

“Ya sudah, ayo ibu antar ke kelas saja” Kata Bu Ajeng sambil memegang pundak Audrey

Mereka pun akhirnya berjalan kearah kelas. Bu Ajeng memang terkenal guru BK yang sangat baik dan ia bisa memahami Audrey yang berkebutuhan khusus. Sesampainya di depan kelas Bu Ajeng mengetuk pintu dan berkata pada Bu Maya yang sedang mengajar di kelas itu.

“Tok…….Tok…………Tok………..” Suara ketukan pintu

Bu Ajeng pun membuka pintu kelas tersebut dan mengantar Audrey masuk. Audrey pun bersalaman pada Bu Maya dan dipersilahkan duduk. Kemudian Bu Ajeng mendekat ke arah Bu Maya dan memberitahu apa yang terjadi pada Audrey sebelumnya.

“Permisi bu, tadi Audrey terlambat karena ada truk yang terguling di Jalan Merdeka sehingga membuat macet. Ia nampak cemas dan ketakutan saat hendak masuk kelas. Maka dari itu saya mengantarkannya ke kelas.” Kata Bu Ajeng pada Bu Maya menjelaskan

“Oh……. Begitu. Ya sudah bu tidak apa-apa. Terimakasih bu.” Kata Bu Maya pada Bu Ajeng

“Sama-sama bu.” Kata Bu Ajeng

                  Sesudah itu Bu Ajeng pun meninggalkan kelas. Bu Maya pun melanjutkan untuk mengajar. Suasana kelas yang hening dibarengi dengan angina semilir yang memasuki dalam kelas. Selama pelajaran fokus Audrey pun terpecah. Ia kembali memikirkan Sherly teman sebangkunya yang sudah beberapa hari ini tidak ada kabar. Audrey pun hanya melamun selama pelajaran. Kring……..Kring……Kring………. bunyi bel pertanda jam istirahat. Audrey pun membuka ponselnya dan kembali mengirimkan pesan melalui Whatsapp. Dalam pesan itu Audrey masih terus menanyai kenapa Sherly tidak masuk sekolah beberapa hari ini. Namun ternyata pesan yang dikirim tidak dijawabnya. Kemudian Audrey masih mencoba untuk terus mencari kabar dari Sherly, ia pun ke ruang BK dan mencoba bertanya pada Bu Ajeng.

“Tok….tok……tok….” Suara ketukan pintu

“Ya, silahkan masuk.” Kata guru BK menjawab

“Permisi bu, bisa bertemu dengan Bu Ajeng?” Kata Audrey bertanya

“Oh Bu Ajeng ada di sebelah sana.” Kata guru BK sambil menunjuk ke arah ujung tempat duduk Bu Ajeng

“Baik bu. Terimakasih.” Kata Audrey berterimakasih

Audrey pun berjalan ke arah meja Bu Ajeng dan ia mulai berani bertanya

“Permisi bu…..” Kata Audrey

“Eh ada Audrey…. Silahkan duduk nak….

Ada apa kamu datang kemari? Ada yang bisa dibantu?” Kata Bu Ajeng pada Audrey sambil memberi isyarat

“Begini bu…. Saya mau bertanya, apa ibu mengetahui kabar Sherly ? Sudah berapa hari ini ia tidak masuk sekolah. Saya Whatsapp dan telepon tidak diangkat bu. Saya khawatir pada Sherly.” Kata Audrey pada Bu Ajeng

Bu Ajeng pun menyodorkan kertas pada Audrey yang berisikan kalau Sherly ijin tidak masuk karena ia sakit dan kembali menyodorkan kertas berisikan nomor telepon ibu Sherly. Audrey pun berterimakasih pada Bu Ajeng dan pergi meninggalkan ruang BK. Audrey pun mengambil gawainya dan mencoba mengirim pesan pada nomor tersebut untuk menanyakan kenapa. Ternyata pesan itu dibalas dengan cepat oleh ibunya Sherly. Ibu Sherly memberitahukan bahwa Sherly di rawat dirumah sakit akibat penyakit leukemia. Audrey pun tak kuasa menangis membaca pesan tersebut karena sebelumnya ia tidak pernah tahu bahwa Sherly mengidap penyakit tersebut. Audrey menjawab pesan tersebut dan bertanya dimana Sherly dirawat. Kemudian ibu Sherly memberitahu bahwa Sherly di rawat dirumah sakit Permata. Usai pelajaran berakhir pada hari itu, ia langsung meminta sopirnya untuk ke rumah sakit Permata tempat Sherly di rawat.

“Pak langsung ke rumah sakit Permata ya!” Kata Audrey pada sopirnya

“Loh non mau ngapain? Kan non nggak sakit?” Kata sopirnya menjawab sambil melihat Sherly dari kaca spion

“…………………”

                  Audrey hanya terdiam dan tidak menanggapi sopirnya. Lalu sopirnya pun langsung mengantarkan Audrey ke rumah sakit Permata. Dalam perjalanan menuju rumah sakit Audrey terus menekuk wajahnya dan tak terbendung air matanya. Air matanya membasahi seluruh wajah Audrey dan perasaannya campur aduk saat itu. Sopir yang melihat Audrey menangis pun membawa mobil sambil kebingungan dan bertanya-tanya sebenarnya ada apa. Sesampainya dirumah sakit Audrey langsung lari dan terburu-buru dan meninggalkan sopirnya tanpa penjelasan apapun. Ia berjalan menyusuri lorong-lorong rumah sakit. Di sepanjang lorong itu banyak petugas rumah sakit dan pasien yang berlalu lalang. Di samping kanan dan kiri terdapat poster-poster tentang kesehatan dan papan petunjuk arah ruangan-ruangan dalam rumah sakit itu. Audrey pun berjalan sambil melihat papan petujuk jalan. Ia mencari ruangan dimana Sherly dirawat dan setelah sampai diruangan itu ia bertemu dengan ibu Sherly dan langsung memeluknya. Tangisan mereka berdua tak kunjung usai melihat keadaan Sherly yang terbaring lemah dan sedang dirawat. Selang infus pun terpasang di tangannya dan infus itu mengalir setiap detik memasuki tubuh Sherly. Selang oksigen pun juga melekat di tubuhnya untuk membantunya bernapas. Ibu Sherly merangkul dan  membawa Audrey untuk duduk di depan kamar rawat itu. Ibu Sherly  mencoba menenangkan Audrey yang menangis. Sopir Audrey yang ditinggal tanpa pesan tadi pun mencari Audrey ke seluruh  sudut rumah sakit. Ia bertanya pada petugas dimana pasien yang bernama Sherly dirawat. Lalu ia berjalan ke ruangan yang ditunjukkan oleh petugas rumah sakit itu. Kemudian ia dari jauh telah melihat Audrey sedang duduk bersama ibunya Sherly dan mulai memperlambat jalannya. Sopir Audrey pun mengambil gawainya dan menelepon ibu Audrey untuk memberitahukan bahwa Audrey sedang berada dirumah sakit untuk menengok Sherly.

“Tut…..Tut…..Tut….” Suara nada sambung telepon

“Halo nyonya….” Kata sopir itu

“Halo iya pak ada apa ya?” Jawab ibu Audrey

“Begini nyonya, saya sekarang dengan non Audrey sedang dirumah sakit soalnya…..” Kata sopir itu

“Hah?!! Siapa yang sakit pak? Audrey sakit? Audrey kenapa pak?” Tanya ibu Audrey panik sambil memotong pembicaraan sopir itu

“Begini nyah, bukan non Audrey yang sakit tapi temannya, non Sherly yang rumahnya juga sekitaran kompleks.” Jawab sopir itu pada ibunya Audrey

“Oh begitu….. memangnya dirumah sakit mana pak?” Tanya Ibu Audrey

“Ini nyah di Rumah Sakit Permata.” Jawab sopir itu menanggapi

Oh ya sudah pak. Kalo sudah selesai langsung pulang saja ya.” Jawab ibu Audrey dan langsung menutup teleponnya.

                  Hari pun hampir gelap. Matahari yang cukup menyingsing pun pergi. Setelah cukup lama Audrey berada disana dan berbincang dengan ibunya Sherly, ia pun berpamitan untuk pulang. Sepanjang jalan menuju kerumah Audrey hanya diam sambil ngelamun. Sesampainya dirumah seperti biasa ia disambut dengan Bee, anjing kesayangannya. Namun ia langsung bergegas pergi ke kamarnya. Ia pun membersihkan diri dan beristirahat. Saat duduk kasurnya sambil meluruskan kakinya, ia teringat setiap sehabis makan di kantin Sherly selalu membawa botol obat. Ia juga teringat pernah bertanya pada Sherly sebenarnya itu obat apa, namun Sherly menjawab bahwa itu hanya vitamin biasa yang ia minum untuk menambah tenaga. Audrey juga teringat ketika sedang pelajaran olahraga, seketika wajah Sherly menjadi pucat dan mimisan padahal tidak biasanya Sherly seperti itu. Ketika ditanyai kenapa, Sherly hanya berkata bahwa ia kelelahan saja. Awalnya Audrey hanya percaya saja apa kata omongan Sherly dan tidak berpikir sejauh ini bahwa sahabatnya menderita penyakit mematikan. Kembali Audrey meneteskan air matanya dan tak menyangka bahwa Audrey mengidap penyakit yang mematikan itu. Audrey pun mendoakan sahabatnya itu dan pergi beristirahat.

                  Keesokan harinya Audrey bangun  dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Sebelum pergi kesekolah tak lupa ia selalu mampir dulu ke meja makan untuk sarapan. Ibunya melihat dia yang sangat sedih lalu menanyai kenapa ia terlihat sedih setelah pulang dari rumah sakit sambil menyodorkan memo seperti biasanya. Lalu Audrey pun bercerita kalau sebenarnya Sherly, sahabatnya masuk rumah sakit dan mengidap penyakit leukemia. Ia pun kembali meneteskan air mata dan ibunya pun memeluknya sambil mengelus-elus kepala Audrey. Ibu Audrey menyemangati putrinya tersebut dan membawakan sarapan Audrey pada kotak makan agar dimakan disekolah karena jam telah menunjukkan pukul 06.15 dan Audrey harus pergi ke sekolah karena jika terlambat sedikit saja jalanan pasti macet. Audrey tetap pergi ke sekolah seperti biasanya. Namun Audrey tak girang seperti biasanya wajahnya pun selalu ditekuk karena teman sebangkunya yang biasanya diajak bercanda sekarang harus terbaring lemah dirumah sakit. Audrey pun nampak tak semangat sama sekali saat mengikuti pelajaran. Badannya lemas dan wajahnya cemberut selama di kelas. Kring……….Kring……..Kring……….. bunyi suara bel dan tanda jam istirahat tiba. Audrey pun berjalan-jalan di sekitar sekolah untuk mencari udara segar. Ia duduk di bawah pohon dekat lapangan sekolahnya. Disitu ia duduk sendiri sambil membaca buku. Namun baru beberapa menit ia langsung menutup kembali buku itu karena ia sedang tidak mood untuk melakukan sesuatu. Akhirnya ia hanya duduk dibawah pohon sambil menikmati udara luar. Kring………….kring…………kring……… bunyi suara bel lagi dan tanda jam istirahat telah usai. Audrey melihat anak-anak yang lain kembali ke kelas dan ia pun turut kembali ke kelas juga. Saat berjalan hampir mendekati kelas tiba-tiba ada suara yang memanggil Audrey dari belakang.

“Audrey!” Bunyi suara itu dengan lantang

Audrey pun tetap berjalan menuju ke kelas karena ia tidak mendengar apa-apa. Bruk… bruk… bruk…. Suara hentakan kaki yang sangat keras dan cepat menuju ke arah Audrey namun tak sedikit pun ia menoleh ke belakang. Lalu tiba-tiba ada tangan yang menepuk pundak Audrey dari belakang dan Audrey pun menoleh ternyata Pak Heri. Lalu Pak Heri pun mulai menanyai tentang kabar surat yang akan diberikan pada Sherly tentang lomba fisika tersebut. Pak Heri berkata sambil memberikan isyarat pada Audrey.

“Audrey apakah surat itu telah kamu sampaikan pada Sherly?” Kata Pak Heri sambil memberikan isyarat dengan menggerakan jari-jarinya membentuk sebuah kotak

“Kenapa pak?

Oh….. surat?

Begini pak suratnya belum saya berikan pada Sherly.” Kata Audrey menanggapi

“Kenapa kamu belum berikan suratnya? Sebentar lagi kan mendekati hari H” Jawab Pak Heri tegas pada Audrey

Audrey dapat mengerti apa yang dikatakan Pak Heri dengan membaca gerak bibirnya. Ia melihat Pak Heri sangat kesal padanya. Ia sebenarnya sedang tidak mood dan tidak ingin membahas keadaan Sherly lagi, namun ia mencoba mengesampingkan hal itu. Kemudian ia mencoba untuk menjelaskan pelan-pelan pada Pak Heri apa yang sebenarnya terjadi.

“Pak sebenarnya saat saya menerima surat itu saya sudah menyimpannya dengan baik. Saat itu Sherly tidak masuk sekolah dan saya mengirim pesan pada Sherly namun tidak dibalas. Lalu saya memutuskan untuk pergi kerumahnya. Ketika sampai dirumahnya ternyata rumahnya kosong dan tidak ada orang. Lalu di hari-hari berikutnya Sherly tidak masuk sekolah lagi. Akhirnya saya memutuskan untuk bertanya pada Bu Ajeng dan mendapat nomor telfon ibunya Sherly. Saya pun mengirimkan pesan pada ibunya dan ternyata saya mendapat informasi bahwa Sherly masuk rumah sakit dan saat berkunjung ke rumah sakit saya tidak sempat memberikan suratnya. Sekarang ia dirawat dirumah sakit akibat penyakit leukemia.” Jelas Audrey pada Pak Heri

Audrey pun menyudahi perkataannya dan ia berpamitan untuk kembali ke kelas. Lalu sepulang sekolah ia berjalan menuju ruang guru dan menemui Pak Heri untuk mengembalikan surat tersebut. Audrey pun berpamitan pada Pak Heri dan beranjak dari ruang guru. Audrey pun berpikiran untuk mengunjungi Sherly lagi dirumah sakit. Ia kembali berjalan melalui lorong-lorong rumah sakit sambil melewati petugas rumah sakit yang berpakaian putih membawa peralatan medis ada pula yang sedang mendorong kursi roda ada pula yang sedang bercakap-cakap sambil berjalan dengan dokter. Ia berjalan melintasi dinding rumah sakit yang terpasang poster-poster tentang kesehatan dan ruangan-ruangan pasien yang lainnya. Saat sampai di depan ruangan Sherly ia melihat sahabatnya masih terbaring lemah dengan infus yang mengalir dalam tubuhnya. Audrey pun selalu berharap agar sahabatnya itu cepat pulih dan mereka dapat belajar bersama lagi disekolah. Setelah beberapa lama Audrey berada di depan ruangan Sherly, ibu Sherly pun keluar dari ruangan dan menemui Audrey. Audrey pun menanyai ibu Sherly bagaimana perkembangan kesehatan Sherly namun ternyata belum ada perkembangan sama sekali. Audrey kembali sedih dan ibu Sherly pun merangkulnya. Setelah cukup lama berbincang dengan ibu Sherly, Audrey memutuskan untuk pulang ke rumah. Saat sampai dirumah Audrey mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dan belajar karena dua hari lagi adalah ulangan akhir. Ia sungguh-sungguh saat sedang mengerjakan tugas dan belajar. Saat sedang mengerjakan tugas, Audrey  melihat lihat foto ia dengan Sherly yang di tempel di meja belajarnya. Ia merasa rindu dengan sahabatnya. Ia mengingat kalau mendekati ujian akhir mereka selalu pergi ke bukit di belakang sekolah untuk belajar bersama. Saat  mereka bosan belajar atau sudah penat dengan tugas-tugas mereka  berteriak sepuas mereka di bukit itu.  Bukit itu cukup tinggi dan terletak jauh dari rumah penduduk. Audrey pun mencoba fokus kembali untuk belajar dan mengerjakan tugas dengan cepat karena telah larut malam. Sebelum istirahat Audrey pun berdoa untuk kesembuhan Sherly.

                  Keesokan paginya Audrey pun kembali sekolah seperti biasaya. Namun hari ini semua siswa pulang lebih awal karena besok akan di adakan ujian akhir. Setelah dibagikannya kartu ujian Audrey pun langsung pulang ke rumah. Saat ada waktu luang menunggu Kak Lia, guru les matematika Audrey, ia menonton youtube. Ia membuka video Asian Games terutama video tentang atlet renang. Ia sangat senang melihat video tersebut hingga tak terasa sudah hampir sejam dia melihat video itu. Kak Lia, guru les matematika Audrey pun datang dan mereka belajar bersama untuk ujian akhir besok. Audrey sangat semangat karena besok ujian pertama adalah mata pelajaran kesukaannya. Ia sangat senang berlatih soal-soal dari bermacam-macam soal yang berbeda. Ia juga menanyakan soal mana yang tidak bisa ia jawab. Setelah selesai belajar bersama Kak Lia cukup lama, Kak Lia berpamitan untuk pulang dan Audrey pun beristirahat.

                  Keesokan harinya Audrey nampak tak seperti biasanya, ia bangun lebih awal dan dibangunkan oleh ibu. Ia kembali membaca dan memahami soal-soal yang telah dikerjakannya semalam. Tak lupa ia juga kembali membuka catatan rumus-rumus matematikanya. Setelah beberapa menit meluangkan waktu untuk membaca, ia langsung menyiapkan diri untuk pergi ke sekolah. Ketika sedang mandi ibu Audrey masuk ke kamar berniat untuk membangunkannya, tetapi ternyata Audrey lebih awal bangun dari biasanya. Ibunya terheran heran melihat Audrey yang biasanya susah bangun tiba-tiba sudah bangun duluan. Ibunya pun pergi meninggalkan kamar Audrey dan turun untuk menyiapkan sarapan. Kali ini ibu menyiapkan sarapan sekaligus bekal untuk putrinya itu. Namun kali ini beda, bekal yang dibawa Audrey spesial yaitu sushi makanan kesukaan Audrey. Ibu menyiapkan itu sengaja untuk menambah semangat Audrey dalam mengerjakan soal nantinya. Setelah beberapa menit kemudian Audrey pun turun sudah megenakan seragam dan lengkap dengan tas dan papan ujiannya.

“Ibu….. masak apa hari ini?” Kata Audrey sambil girang melihat masakan panas yang telah disajikan diatas meja makan

“Itu…..” Kata ibu sambil menunjuk makanan yang ada di meja makan

Audrey pun langsung duduk dan mengambil makan paginya. Kebetulan hari itu ibu masak sayur lodeh dengan ikan asin yang masih sangat hangat. Lambung Audrey yang dingin pun langsung segera hangat ketika makanan hangat itu masuk dalam lambungnya. Ia makan dengan sangat lahap. Sebelum berangkat tak lupa ibu memberikan bekal yang telah disiapkan keada Audrey. Bekal itu pun langsung dimasukkan kedalam tas Audrey. Audrey pun berpamitan dan pergi kesekolah. Sampai disekolah Audrey langsung mencari ruang ujian sesuai yang telah ditentukan di kartu ujian dan masuk dalam ruangan. Audrey duduk di tempat duduk sesuai nomor ujiannya. Suasana sangat sunyi dan tegang di kelas sebab ini adalah hari pertama ujian akhir bagi para siswa. Pengawas pun berjalan membagikan soal setelah bel berbunyi. Setelah dibagikan kertas ujiannya Audrey langsung melahap habis soal-soal yang diberikan sebelum waktunya selesai. Audrey pun berdiam diri sambil mengoreksi kembali pekerjaannya. Kring… kring…. Kring…. Bunyi bel tanda waktu mengerjakan ujian telah habis. Para murid pun semua menghentikan pekerjaan mereka dan mengumpulkannya kedepan. Setelah selesai ujian Audrey pun keluar ruang kelas dan berjalan menuju ke arah depan sekolah. Pak sopir yang biasanya menjemput Audrey pun telah siap dan segera membukakan pintu untuk Audrey. Dalam perjalanan pulang ia merasakan kesenangan yang mendalam karena ia bisa mengerjakan soal-soal ujian tadi. Sesampainya dirumah Audrey pun bersantai diruang tengah sambil membaca majalah. Saat sedang bersantai ibu Audrey pun masuk ke dalam rumah dengan mengenakan pakaian berwarna hitam. Sebelumnya Audrey tidak mengetahui jika ibunya tidak ada dirumah. Audrey pun mendekati ibunya dan bertanya dari mana ibunya.

“Loh ibu dari mana kok dari luar? Habis pergi ke rumah tetangga ya? Habis arisan ya? Tapi kok ibu pake baju hitam sih? Kan nggak biasanya ibu pake baju warna itu?” Kata Audrey bertanya pada ibunya dengan penasaran

Namun ketika ditanyai ibu Audrey pun hanya diam saja dan tidak menghiraukan Audrey. Lalu Audrey nampak kebingungan kenapa ibunya bertingkah demikian padahal tidak biasanya ibunya seperti itu. Lalu ibu Audrey pun berjalan mendekat ke arah meja dan membuka laci itu. Ibu mengambil memo yang ada di laci tersebut dan menuliskan sesuatu. Lalu memo yang telah berisikan pesan itu di berikan kepada Audrey dengan berat hati. Lalu Audrey pun membaca apa isi pesan dalam memo tersebut. Dalam memo itu tertulis “Sabar ya nak.. Sherly sudah bahagia bersama Tuhan”.  Audrey pun langsung berteriak dan jatuh lemas. Air mata Audrey tak dapat tertahankan dan ia berteriak dengan sangat kencang saat membaca memo tersebut dan mengetahui bahwa sahabatnya itu telah tiada. Audrey pun minta diantar oleh ibunya ke pemakamannya Sherly. Setelah sampai di pemakaman Sherly, Audrey kembali menangis karena mengingat banyak hal yang telah mereka berdua lalui bersama dan banyak agenda kegiatan yang ingin mereka lakukan bersama. Awan pun menutupi matahari yang menyinari dan seketika langit pun berubah menjadi gelap. Tetesan air hujan membasahi dahi ibu Audrey. Ibu Audrey pun merangkul mengajak Audrey untuk pulang sebab hampir hujan. Lalu mereka pun kembali ke rumah. Audrey pun diantar oleh ibunya menuju ke kamar dan beristirahat.

                  Keesokan harinya tibalah ujian hari selanjutnya. Audrey datang kesekolah dengan sangat lemas dan tidak bersemangat. Ia masuk ke dalam ruang dan mengerjakan soal-soal itu dengan mengandalkan ingatan karena ia tidak sama sekali belajar. Usai ujian ia kembali ke rumahnya. Saat menuju ke depan sekolah, Audrey melewati majalah dinding yang melekat pada samping kanan dan kiri dinding sekolahnya. Ia tak sengaja melihat poster yang sangat mencolok perhatiannya. Setelah ia baca ternyata itu adalah poster tentang kursus renang. Lalu ia mengambil poster itu dan dibawanya pulang. Audrey sangat ingin mengikuti kursus tersebut sebab ia ingin menjadi atlet renang yang professional. Ketika sampai dirumah ia melihat ayahnya ada di ruang makan. Ternyata ayah Audrey sudah pulang dari urusan pekerjaannya di luar kota. Lalu Audrey menyapa ayahnya dengan hangat.

“Halo ayah… loh kok ayah udah pulang aja? Bukannya ayah masih ada urusan di luar kota?” Kata Audrey menanyai ayahnya sambil mencium tangan ayahnya.

Lalu ayahnya hanya diam dan cuek seperti biasanya. Ayah Audrey terlihat lebih menikmati kopi dan korannya dan tidak mau diganggu. Audrey pun mendekat dan menunjukan poster yang diambilnya dari mading sekolah.

“Ayah… Ayah.. coba lihat deh poster ini. Ini loh ada kursus renang. Audrey boleh ikut ya yah? Boleh ya boleh?” Kata Audrey sambil menyodorkan poster itu

“Ngapain sih ikut kursus kaya gitu, lagian kan kamu udah bisa renang.” Kata ayah Audrey sambil cuek

Audrey memang tidak mendengar apa yang dikatakan ayahnya, namun Audrey dapat melihat dari raut muka ayahnya yang tidak setuju. Lalu Audrey singgah ke kamarnya. Ia sangat sedih karena ayahnya menolak keinginannya tersebut. Lalu ia diam-diam mencari informasi tentang kursus renang itu. Saat hari mulai sore Audrey berjalan-jalan disekitaran komplek untuk menghilangkan penat, ia duduk dibangku yang ada ditaman itu. Saat sedang melamun tiba-tiba datanglah seorang laki-laki dari belakang Audrey.

“Boleh aku duduk disini?” Kata laki-laki itu pada Audrey

Namun Audrey hanya tersenyum dan menganggukan kepala

“Hai namaku Mahendra, namamu siapa?” Kata Mahendra pada Audrey sambil menyodorkan tangannya

“Hai, aku Audrey!” Kata Audrey sambil menjabat tangan Mahendra

“Kok kamu disini sendiri lagi sambil melamun? Apa kamu lagi ada masalah?”  Kata Mahendra

Namun Audrey tidak menjawab karena tidak mendengar apa yang diucapkan oleh Mahendra. Audrey hanya diam saja. Mahendra tidak mengetahui jika Audrey adalah penderita tuna rungu. Lalu Audrey pun pergi dari taman itu tanpa meninggalkan pesan pada Mahendra. Mahendra pun penasaran pada Audrey. Akhrinya Mahendra pun mengikuti Audrey secara diam-diam saat pulang kerumahnya. Ketika Audrey sudah sampai di depan rumah, Mahendra mengamati dari kejauhan. Mahendra pun menyadari jika Audrey adalah teman satu sekolah dan teman sekompleknya namun Audrey tidak pernah keluar rumah jadi Mahendra pun tidak tahu.

                  Keesokan harinya Audrey pun kembali bersekolah seperti biasanya. Ia masih saja memikirkan tentang kursus renang itu. Ia masih berpikir ulang untuk menyampaikan pada ayahnya, karena ia tahu pasti ayahnya tidak menyetujuinya lagi. Ia pun melihat-lihat ulang poster kursus renang itu dan wajahnya nampak sangat menginkan ayahnya menyetujuinya. Sepulang sekolah ia pergi ke sebuah bukit dibelakang sekolah, tempat kesukaannya bersama Sherly sahabatnya yang telah tiada. Saat Audrey duduk di bawah pohon dibukit itu, tak sengaja Mahendra juga sedang berada disitu dan melihat Audrey sedang duduk sambil memegang kertas itu. Lalu Mahendra pun berjalan dan menghampiri Audrey lalu memegang pundak Audrey. Mahendra mengambil kertas itu dan membaca poster tersebut.

“Wah poster apa ini?” Kata Mahendra sambil mengambil kertas itu

“…………..” Audrey hanya terdiam dan tidak menjawab Mahendra

“Kamu mau daftar kursus renang ini yah?” Kata Mahendra menanyai Audrey

“…………..” Audrey masih saja diam dan tidak menghiraukan Mahendra

“Kamu tuh kenapa sih, kok diam saja ?” Tanya Mahendra penasaran

Lalu Audrey diam dan hanya melihat Mahendra yang terus menanyainya. Akhirnya Audrey menjelaskan pada Mahendra dengan bahasa isyarat bahwa ia adalah seorang penderita tuna rungu. Disitu Mahendra pun mulai mengerti mengapa sebenarnya selama ini Audrey tidak pernah menanggapinya. Lalu Mahendra mencoba mendekatkan diri dan berbicara dari hati ke hati pada Audrey agar dirinya tetap semangat untuk meraih cita-citanya. Mahendra pun mendukung dan memberikan semangat untuk Audrey agar tetap bisa mengikuti kursus renang tersebut. Mahendra mengusulkan pada Audrey agar dirinya mengikuti kursus renang secara diam-diam dan Mahendra berjanji untuk mengantar jemput Audrey ke tempat kursus tersebut. Mahendra menuliskan usulnya dalam satu kertas dan menyodorkannya pada Audrey. Audrey langsung menyetujuinya dan akhirnya mereka pergi ke tempat kursus renang tersebut. Setibanya di tempat kursus tersebut mereka masuk ke dalam dan Mahendra membantu Audrey untuk mendaftarkan diri. Setelah mengajukan pendaftaran diri dan disetujui, Audrey resmi menjadi anggota klub. Audrey sangat senang dan ia selalu rajin untuk berlatih di tempat kursusnya. Mahendra selalu mendukung dan setia mengantar jemput Audrey setiap hari Senin dan Kamis sepulang sekolah. Orang tua Audrey pun tidak curiga karena sebelumnya Audrey pernah mengajak Mahendra ke rumah Audrey dan mengetahui kedekatan mereka. Orang tua Audrey memperbolehkan Mahendra untuk mengantar jemput Audrey setiap hari untuk pergi ke sekolah.

                  Suatu ketika tepat pada hari Senin sepulang sekolah Audrey pun seperti biasa dijemput oleh Mahendra untuk diantar pergi ke tempat kursus renang. Mahendra pun dengan sabar menunggu Audrey yang sedang berlatih. Ia duduk lumayan jauh dari pinggir kolam sambil melihat Audrey berlatih. Setelah dua jam berlatih Audrey pun menepi ke pinggir kolam untuk mengeringkan badannya. Audrey pun mengganti bajunya dan merapikan tas dan penampilannya kemudian pergi menghampiri Mahendra. Saat mereka berjalan menuju ke pintu keluar terdengarlah suara rintikan hujan dan suara itu terdengar semakin kencang. Hujan deras dan angin kencang membasahi seluruh tempat itu. Mahendra dan Audrey pun berteduh di teras tempat kursus itu cukup lama hingga langit semakin gelap. Audrey pun melihat jam ditangannya dan ternyata menunjukkan pukul 7 malam. Audrey semakin gelisah karena hujan semakin deras dan tidak biasanya ia pulang ke rumah semalam ini. Ia takut ketahuan dan dimarahi oleh orang tuanya. Setelah menunggu hampir beberapa menit hujan pun mulai sedikit demi sedikit berkurang dan mereka memutuskan untuk pulang dengan menggunakan sepeda motor milik Mahendra. Sesampaiya dirumah Audrey pun mereka masuk dan Mahendra mencoba menjelaskan pada orang tua Audrey. Mahendra pun mencoba menutupi semuanya agar tidak ketahuan oleh orang tua Audrey.

“Malam om tante…..” Kata Mahendra sambil mencium tangan kedua orang tua Audrey

“Iya nak malam…” Jawab ibu Audrey

“Kalian ini habis dari mana? Kok malam-malam gini baru sampai dirumah?” Kata ayah Audrey menanyai mereka sambil curiga

“Hmm… jadi begini om tante, tadi saya mengajak Audrey untuk pergi ke toko buku menemani saya. Kami berdua keasikan membaca buku sampe lupa waktu. Maaf ya om… tante…..” Kata Mahendra menjelaskan dengan penuh kebohongan

“Oh begitu…. Ya sudah Mahe sekarang segera pulang ya karena ini sudah malam badan kalian juga basah semua.” Ujar ibu Audrey

Lalu Mahendra berpamitan untuk pulang. Ayah Audrey pun sempat curiga pada putrinya itu dan tidak langsung percaya dengan omongan Mahendra, namun ia hanya diam saja. Ibu Audrey pun menyuruh Audrey untuk segera membersihkan badan dan beristirahat. Audrey pun beranjak dari ruang tamu ke kamarnya. Audrey pun mengeluarkan seluruh pakaian kotor bekas renangnya itu di keranjang baju kotor. . Biasanya ia memberikan baju itu pada Mahendra untuk dicucikan agar tidak ketahuan bahwa ia habis pulang dari tempat kursus renang karena jika sampai ayah Audrey mengetahui hal ini pasti ia sangat marah. Ia sangat lelah sehingga lupa untuk menyembunyikan baju renang itu. Keesokan paginya ketika Audrey sudah berangkat kesekolah ibunya pun membereskan kamar Audrey dan mengambil keranjang yang berisi baju kotor tersebut. Saat ibu mengambil baju-baju itu dan memasukkannya ke dalam mesin cuci, ibu menemukan baju renang Audrey. Lalu ibu Audrey pun menceritakan pada ayah Audrey, mereka pun mulai curiga pada Audrey. Hari pun semakin siang, tepat pukul dua siang ayah dan ibu Audrey pun makan siang. Lalu Audrey pun datang dan menghampiri mereka.

“Selamat siang semuanya…..” Kata Audrey datang dengan ceria sambil mencium tangan kedua orang tuanya tersebut.

Namun saat Audrey datang tidak satu pun orang tuanya menjawab. Suasana pun berubah menjadi tegang dan Audrey tidak menyadarinya. Lalu tiba-tiba ayah Audrey mengentikan kegiatan makannya dan mulai bertanya pada Audrey masalah baju renang itu.

“Audrey, saat ibu mengambil keranjang baju kotormu kenapa ada baju renang di dalamnya? Apa ada pelajaran olah raga renang?” Kata ayah dengan tegas menanyai Audrey dan berbicara dengan bahasa isyarat

“Hmm….. Iya kok kemaren itu ada pelajaran renang…” Ujar Audrey sambil menggerakkan tangannya

“Apa benar kemaren kamu pergi ke toko buku? Apakah selama itu kamu membaca?” Kata ayah menanyai lagi sambil penuh curiga

“…………………………...” Audrey tidak menjawab namun ia hanya menganggukan kepala

“Audrey katakan yang sejujurnya!” Kata ayah dengan tegas sambil memberikan isyarat

Audrey pun mulai takut menatap ayahnya dan terlihat wajahnya sangat cemas dengan hal itu. Lalu karena ayahnya terus menanyai dan memojokkan Audrey. Audrey pun ketakutan dan mulai berbicara pelan-pelan dan menjelaskan yang sebenarnya. Ia mengatakan bahwa ia sebenarnya mengikuti kursus renang yang dulu pernah ia ceritakan pada ayahnya. Setelah mendengar semua yang telah diceritakan Audrey ayahnya marah besar pada Audrey dan terjadi pertengkaran hebat di dalam rumah. Audrey pun masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu kamarnya dan ia menangis sederas-derasnya karena hal tersebut. Pada malam harinya tanpa berpikir panjang, Audrey pun mengemasi barang-barangnya dan pergi dari rumah. Ia kemudian berjalan dan singgah kerumah Mahendra. Sesampainya dirumah Mahendra ia menangis histeris dan Mahendra kebingungan sebenarnya ada apa. Lalu Mahendra mencoba menenangkan Audrey. Setelah Audrey lumayan tenang dan menghentikan tangisannya, Mahendra menanyai Audrey pelan-pelan kenapa ia menangis seperti itu. Audrey awalnya tidak mau berkata jujur dan menjawab Mahendra, Mahendra pun meninggalkan Audrey dikamarnya agar Audrey merasa tenang. Setelah beberapa menit Mahendra kembali sambil membawakan segelas susu hangat untuk Audrey. Susu hangat itu diteguknya perlahan dan ia mulai menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Setelah menceritakan panjang lebar masalah tersebut, Mahendra pun mengerti dan menyuruh Audrey untuk beristirahat. Mahendra pun diam-diam menelepon ibu Audrey untuk memberitahukan bahwa putrinya berada dirumah Mahendra. Hati ibu Audrey cukup lega setelah mendengar telepon dari Mahendra karena sebelumnya ia sangat bingung mencari putrinya tersebut.

                  Tiba keesokan harinya Audrey pun tidak mau berangkat ke sekolah. Ia hanya berdiam diri dirumah Mahendra. Mahendra pun membiarkan Audrey. Sepulang sekolah Mahendra pun langsung menghampiri Audrey yang berada di kamar. Hari itu tepat adalah hari Kamis dimana Audrey biasanya berlatih di tempat kursus. Mahendra pun mencoba merayu Audrey agar tidak murung dan tetap berangkat untuk latihan renang. Akhirnya Audrey pun menyetujui permintaan Mahendra untuk tetap berlatih renang. Mereka berangkat ke tempat kursus dan seperti biasa Mahendra menemani Audrey untuk berlatih renang. Setelah latihan renang selesai Audrey pun berkemas dan bergegas untuk keluar dari tempat kursus itu bersama Mahendra. Namun saat ingin keluar dari tempat kursus tersebut, pelatih Audrey pun menghentikan langkah Audrey dan mengajaknya berbicara.

“Audrey tunggu sebentar!” Kata pelatihnya sambil mengangkat tangan dari kejauhan

Kemudian pelatihnya menghampiri Audrey.

“Audrey, saya lihat perkembangan kamu cukup pesat. Besok Minggu sebenarnya ada lomba O2SN renang sekota Semarang, namun Siska yang harusnya mewakili lomba ini untuk kategori renang putri apakah kamu bersedia untuk menggantikan Siska dalam lomba tersebut?” Kata pelatihnya

Namun saat pelatihnya berbicara pada Audrey ia tidak menanggapinya karena ia tidak mengerti apa yang diucapkan. Mahendra yang mengerti pun mencoba untuk menjelaskan pada Audrey perlahan dengan menggunakan bahasa isyarat. Saat selesai menyampaikan hal tersebut, Audrey pun loncat kegirangan mendengar hal itu. Ia menjadi semakin bersemangat dan hal ini dapat menjadi pembuktian pada ayah Audrey yang menentang putrinya itu untuk menjadi seorang atlet. Audrey pun semangat dalam berlatih karena hari yang tersisa hanya Jumat dan Sabtu untuk berlatih. Mahendra pun dengan senang menemani Audrey. Malam hari sebelum tiba hari lomba Mahendra pun mencoba menelepon rumah Audrey dan mengajak berbicara ayah Audrey. Mahendra menjelaskan banyak tentang cita-cita Audrey yang ia ceritakan pada Mahendra dan memberitahukan bahwa besok Audrey akan lomba O2SN. Ayah Audrey pun tersentuh hatinya saat mendengarkan cerita Mahendra. Karena sebenarnya ayah Audrey mengingikan putrinya untuk menjadi seorang yang melanjutkan usaha keluarganya bukan malah menjadi atlet renang.

                  Tiba saatnya Audrey untuk lomba. Sebelum ia berlomba ia terus berdoa agar dapat menjalankan lomba dengan sebaik mungkin. Saat itu Mahendra menemani Audrey dari kejauhan, kemudian ia menelepon ibu Audrey bahwa Audrey hari ini akan lomba renang pada pukul sepuluh pagi. Saat menerima telepo tersebut, akhirnya ayah dan ibu Audrey datang untuk melihat putrinya yang sedang berlomba. Tiba saatnya giliran Audrey untuk lomba. Jantungnya pun berdegup sangat kencang, ia sangat gugup karena ini adalah lomba perdananya dan sekaligus pembuktian pada kedua orang tuanya. Suara peluit pun dibunyikan dan pertanda pertandingan di mulai. Audrey berenang sekuat tenaga hingga ia menjadi orang pertama yang menyentuh batas finish. Audrey pun menjadi juara pertama dalam kompetisi tersebut. Mahendra pun bersorak kegirangan saat melihat sahabatnya itu menajdi pemenang. Lalu setelah itu nama pemenang pun di panggil dan saat nama Audrey disebutkan ia berjalan kea rah podium dan medali emas pun disematkan padanya. Ia turun dari podium dan langsung berlari mencari Mahendra. Saat bertemu Mahendra ia langsung loncat kegirangan dan memeluk sahabatnya itu. Tak lupa orang tuanya pun langsung mendekatinya namun Audrey hanya cuek saja saat diberikan ucapan selamat oleh orang tuanya. Lalu ayahnya mendekat padanya dan mengucapkan selamat pada putrinya tersebut. Ayahnya pun meminta maaf akan apa yang sudah terjadi sebelumnya. Ia sangat menyesal karena telah tidak percaya akan kemampuan putrinya tersebut. Lalu Audrey pun menangis terharu dan memaafkan ayahnya. Mereka pun akhirnya saling berpelukan satu sama lain.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kampanye ‘Ingat Pesan Ibu’ di Masa Pandemi Covid-19

Kampanye ‘Ingat Pesan Ibu’ di Masa Pandemi Covid-19  Oleh : Yosephine Clarisa Tasya  Pada Era Digital saat ini perkembangan pada teknologi infomasi dan komunikasi telah berkembang begitu cepat. Pemanfaatan teknologi ini menjadi telah menjadi salah satu solusi untuk memecahkan masalah di berbagai bidang. Kemunculan teknologi ini dimanfaatkan pada bidang kesehatan untuk berbagai hal seperti menyebarkan informasi kesehatan, meningkatkan layanan kesehatan, pengobatan jarak jauh, alat-alat kesehatan, dan meluncurkan aplikasi kesehatan. Pada era seperti sekarang masyarakat telah menjadi akrab dengan teknologi sehingga layanan kesehatan menjadi lebih efektif dan efisien. Namun semenjak pandemi Covid-19, keadaan telah banyak mengalami perubahan. Untuk menanggapi keadaan pademi saat ini berbagai elemen seperti pemerintah, tenaga kesehatan, Satuan Gugus Tugas Covid-19, dan masih banyak lagi saling bahu membahu untuk terus menekan angka kasus Covid-19. Teknologi informasi dan komunikasi

Apa Aja Sih Perubahan Content Creator Masa Kini?

  Perubahan Individu Content Creator di Era Digital Oleh : Yosephine Clarisa Tasya K.P Perkembangan teknologi digital ini telah mengalami perubahan yang sangat pesat. Perkembangan di Era Digital ini menjadikan internet menjadi salah satu alat komunikasi yang diminati oleh masyarakat. Internet sebagai salah satu hal yang mempengaruhi media secara signifikan. Internet membuat media konvensional beralih ke media digital. Platform digital ini memiliki banyak kelebihan dibanding dengan media konvensional. Platform digital ini membawa peluang untuk berkomunikasi dua arah. Perubahan yang paling dapat kita rasakan adalah perubahan pada media komunikasi. Pada saat ini media bisa berhubungan langsung dengan konsumennya. Dengan media kita bisa mengetahui secara langsung terhadap apa yang diinginkan oleh konsumennya dan menyediakan konten sesuai dengan minat atau tren yang marak di kalangan konsumen. Dalam hal ini perusahaan media bisa mengetahui apa yang diinginkan oleh konsumennya melalui