Mimpi Audrey
Oleh : Yosephine Clarisa Tasya
Di
kala ayam sudah berkokok itulah pertanda malam segera usai dan sang fajar akan
segera datang dengan cahaya yang segera menyingsing. Cahaya itu menulusup
melalui celah-celah daun hingga masuk ke
dalam rumah untuk memberikan kehangatan dan membangunkan setiap insan dari
dinginnya malam. Hembusan udara dingin masih tersisa juga masuk ke dalam
ruangan-ruangan dalam rumah. Udara dingin masuk melalui celah dibawah pintu
setiap ruangan yang ada dalam rumah. Udara dingin itu menyapa dengan lembut
setiap insan yang masih terlelap. Cicit cuit…… cicit cuit…….Terdengar kicauan
burung nan merdu yang sedang meraya di angkasa yang turut mengusik orang dari
tidurnya. Kring… Kring…. Terdengar suara denting alarm yang sangat kencang
membangunkan keluarga Audrey terutama ibu Audrey. Tepat pada pukul 05.30 mereka
pun perlahan membuka mata dan bergegas untuk segera bangun dari tempat tidurnya
kecuali Audrey, si kecil yang susah sekali dibangunkan karena ia senang dengan
petualangan mimpi dalam tidurnya. Audrey adalah seorang tuna rungu sehingga ia
pun tidak dapat mendengar alarm yang sangat berisik yang membangunkan ayah dan
ibunya. Ibunya pun segera menuju ke kamar Audrey untuk membangunkannya.
“Audrey…
Audrey…. bangun nak…. hari sudah siang saatnya bangun untuk sekolah!” Kata
ibunya sambil menepuk-nepuk bahu Audrey dan menunjukkan pukul berapa di jam
weker yang di angkatnya.
Audrey pun mulai membuka mata dan melihat
pukul berapa di jam weker tersebut. Ia
hanya memberikan isyarat dengan menganggukan kepalanya. Kemudian bergegaslah ia
membuka lemari baju untuk menyiapkan seragam yang akan dikenakannya untuk
bersekolah dan ia pun menuju kamar mandi dengan mata yang belum sepenuhnya
terbuka.
Setelah
selesai mandi, Audrey menuju ke depan meja belajarnya untuk mengambil buku dan
tugas yang masih bergeletakan diatas meja dan memasukkannya kedalam tas. Tak
lupa sebelum iya keluar dari kamar, ia merapikan kembali seragam dan ikat
rambutnya serta membawa tasnya. Dari jauh Audrey telah mencium bau sedap masakkan ibunya. Lalu Audrey
cepat-cepat keluar dari kamar dan duduk di ruang makan seperti biasanya untuk
menikmati makan paginya. Dengan sangat lahap Audrey menghabiskan makannya dan
segera pergi ke sekolah. Audrey bersekolah di SMA Garuda yang tidak terlalu
jauh dari rumahnya. Audrey pergi ke sekolah diantar oleh sopir seperti biasa.
Sesampainya
di depan sekolah, Audrey pun segera turun kemudian dengan girangnya ia berjalan
menuju kelas. Setiap harinya Audrey terkenal sebagai anak yang periang meskipun
ia tidak dapat mendengar. Saat perjalanan menuju ke kelas, Karin, Putri, dan
Luis mendatangi Audrey dan mengejek-ejek Audrey.
“Eh ada anak
cupu nih!” Ujar Karin
“Eh cupu
ngapain lo sekolah? Bisa denger aja nggak!”
Kata Putri sambil mendorong pundak Audrey
“Iya,
percuma lo sekolah. Pelajaran aja gak ada yang bisa lu denger.” Kata Luis sambil bersender di dinding depan
kelas
Karin, Putri, dan Luis terkenal memang suka
menganggu Audrey karena mereka menanggap Audrey anak yang aneh karena tidak
bisa mendengar. Audrey pun hanya terdiam dan menunduk setelah apa yang
dilakukan Karin, Putri, dan Luis. Audrey.
Akhirnya
ia masuk ke kelas dan duduk di bangku favoritnya. Pelajaran pertama adalah
matematika, salah satu pelajaran kesukaannya. Audrey sangat antusias mengikuti
pelajaran tersebut. Sebelum di mulai pelajaran Bu Maya membagikan hasil ulangan
minggu lalu. Satu persatu dipanggil untuk menerima hasil ulang tersebut.
“Mita…
Angga….
Bily….
Audrey….. “ Kata Bu Mita memanggil murid-muridnya.
Saat maju ke depan untuk mengambil hasil
ulangan, Bu Maya selalu tersenyum padanya karena Audrey selalu langganan
mendapatkan nilai 100 dalam pelajaran matematika. Berbeda dengan Karin, Putri,
dan Luis yang selalu mendapat nilai kurang dari 50. Tak heran jika mereka selalu kena marah Bu
Maya. Mereka hanya bisa terdiam dan saling memandang satu sama lain.
Kring…kring…..kring…. suara lonceng yang menandakan pelajaran pertama usai dan
waktu untuk istirahat. Sherly teman sebangku Audrey pun menepuk tangan dan
mengajaknya untuk makan di kantin. Tetapi Audrey memilih untuk tetap di kelas
menikmati bekalnya. Sherly tidak ingin Audrey berada terus menerus di kelas
pada saat jam istirahat. Sherly pun mengandeng tangan Audrey dan membawakan
bekalnya. Mereka pun menuju ke kantin. Saat sampai di kantin, mereka duduk
dibangku dekat tukang bakso langganan Sherly.
“Bang
baksonya satu ya seperti biasa.”
Kata Sherly pada abang penjual bakso
“Iya siap
neng!” Jawab abang penjual bakso sambil tersenyum
Abang tukang bakso pun mengantarkan pesanan
Sherly. Akhirnya Sherly dan Audrey menikmati makanan mereka bersama. Saat makan
tiba-tiba datanglah Karin, Putri, dan Luis menuju ke meja mereka.
“Hei!” Kata Karin sambil menggebrak meja
“Sejak kapan
nih anak cupu makan di kantin? Disini bukan tempat lo!” ujar Luis menambahkan
“Hei! Kalian
itu maunya apa sih?! Gak usah ganggu kita!” Kata
Sherly kesal
“Kita pengen
si cupu ini pergi dari sini karena ini bukan tempatnya!” Kata Karin pda Sherly
“Apaan sih,
ini kan tempat umum ya bebas dong siapa aja boleh pakai.” Kata Sherly
Sherly
sangat kesal melihat perlakuan mereka pada Audrey. Audrey hanya memegang tangan
Sherly dan meminta untuk segera pergi dari kantin. Mereka pun pergi dari kantin
dan berjalan menuju bangku dekat lapangan. Sherly pun masih tampak kesal pada
mereka.
“Kesel
banget gue sama mereka! Bisa-bisanya nggak menghargai orang. Emang mereka pikir
itu tempat punya mereka apa.”
Kata Sherly sambil bermuka muram
“Sudahlah
tak usah di dengarkan. Biarkan saja mereka itu.” Kata Audrey
Lalu mereka kembali ke kelas untuk mengikuti
pelajaran selanjutnya. Pelajaran selanjutnya adalah Fisika. Sherly sangat
senang dengan pelajaran ini, selaras dengan cita-citanya yaitu ia ingin menjadi
arsitek. Saat pelajaran tersebut Pak Heri menuliskan soal-soal di papan tulis
dan meminta murid-murid untuk mengerjakannya.
“Ini adalah
soal-soalnya, segera kerjakan dan kumpulkan!”
Kata Pak Heri
Sesudah
itu Pak Heri meminta murid-muridnya untuk segera mengumpulkan pekerjaannya
karena ia akan membahas soal-soal tersebut.
“Sekarang
saya akan bahas soal-soal ini. Siapa yang mau maju mengerjakannya terlebih
dahulu?” Kata Pak Heri bertanya
“Saya Pak.” Kata Sherly sambil mengacungkan tangan
“Siapa lagi
selain Sherly yang mau mengerjakan? Silahkan maju!” Kata Pak Heri
“Saya Pak.” Jawab Angga salah satu murid di kelas itu
“Ayo siapa
lagi?” Kata Pak Heri
Pada saat di tanya oleh Pak Heri siapa lagi
yang ingin mengerjakan soal, satu kelas pun terdiam. Akhirnya Pak Heri menunjuk
Karin, Luis, dan Bunga untuk mengerjakan soal tersebut. Bunga berhasil
mengerjakan soal yang diberikan tetapi Karin dan Luis hanya terdiam dan mereka
saling tengok untuk menanyakan jawaban.
“Nggak usah
tengak-tengok. Kerjakan sendiri Luis…Karin…
Soal itu kan
sudah pernah saya berikan.” Kata Pak
Heri sambil duduk
“Makanya
kalo sekolah tu belajar nggak usah gangguin anak orang!” Kata Sherly menyeletuk
“Hei Sherly!
Siapa yang menyuruh kamu berbicara?”
Kata Pak Heri
“Habisnya
saya kesal Pak mereka gangguin Audrey mulu.”
Kata Sherly sambil cemberut
“Sudah…
sudah…. Karin dan Luis silahkan kalian kembali ke tempat duduk.” Kata Pak Heri
Kemudian
Pak Heri pun melanjutkan pelajaran dengan membahas soal-soal itu. Setelah
pelajaran usai murid-murid diminta untuk ke perpustakaan untuk melakukan
kegiatan literasi. Kegiatan literasi itu berlangsung selama dua jam pelajaran.
Audrey dan Sherly pun bergegas untuk pergi ke perpustakaan. Murid-murid
berjalan ke lorong-lorong perpustakaan dan mencari buku yang mereka suka untuk
dibaca. Ada yang membaca sambil duduk di lantai perpustakaan, ada yang duduk di
kursi, ada pula yang membaca sambil berdiri. Audrey pergi ke lorong yang
berisikan buku-buku tentang olahraga. Ia mengambil buku tentang renang. Audrey
sangat senang bermain air dan ia bercita-cita untuk menjadi atlet renang. Ia
sangat senang membaca buku tersebut hingga murid-murid yang lain pergi satu
persatu meninggalkan perpustakaan. Kemudian datanglah Sherly dari belakang dan
menepuk pundak Audrey sambil menutup buku dan meletakkannya pada rak buku.
“Audrey
waktu membaca telah usai. Ayo kita kembali ke kelas untuk mengambil tas dan
pulang.” Kata Sherly sambil mengandeng tangan Audrey untuk diajak
keluar
Audrey pun hanya mengangguk sambil melihat
Sherly. Mereka pun bergegas keluar dari perpustakaan dan mengambil tas mereka
di kelas. Kemudian mereka beranjak dari kelas menuju keluar sekolah, namun
Sherly berpamitan untuk pulang dahulu.
“Audrey….
Gue pulang duluan ya, soalnya mama tadi nelpon jam 3 nanti ada arisan di rumah
jadi gue harus bantu.” Kata Sherly
berpamitan sambil menyodorkan kertas berisikan pesan tersebut
“Oh iya…
Hati-hati dijalan ya Sher!” Kata Audrey
menjawab sambil melambaikan tangan
Audrey
pun menunggu sopir yang biasa menjemputnya sendirian. Tiba-tiba tetesan air
membasahi dahi Audrey. Lalu ia menatap ke langit dan melihat bahwa langit sudah
gelap. Hujan pun turun, Audrey berlari ke arah pos satpam untuk berteduh. Tidak
hanya Audrey yang berteduh di situ, murid-murid yang lain pun banyak yang
berteduh. Mereka saling berdesakan untuk berteduh sebab pos satpam sangat
kecil. Hampir 30 menit ia menunggu sopirnya namun tak kunjung datang. Kemudian
Tania mengajak Audrey untuk pulang bersama karena rumah mereka berdekatan.
“Pak.. Pak…
tunggu sebentar” kata Tania
menepuk pundak sopirnya
“Ada apa
non?” kata sopir Tania
“Berhenti
dulu deh pak. Itu sepertinya Audrey anak satu kompleks. Sepertinya ia belum di
jemput, coba aku ajak pulang bareng.”
Kata Tania
“Iya non,
sepertinya itu non Audrey.” Kata sopir
Tania meyakinkan
Kemudian Tania pun membuka kaca jendela
mobilnya dan berteriak memanggil Audrey yang berada di pos satpam sekolah.
“Audrey!
Audrey!” Seru Tania dari dalam mobil sambil
membuka kaca jendela mobil
Tetapi Audrey tidak mendengar apa yang di
katakan Tania. Tania lupa jika Audrey adalah seorang tuna rungu. Akhirnya Tania
berlarian keluar dari mobil menuju pos satpam sambil membawa payung.
“Audrey
kenapa kamu belum pulang?” Kata Tania
sambil menepuk pundak Audrey dan berbicara menggunakan bahasa isyarat
alakadarnya
“Aaaa… aku
sedang menunggu untuk dijemput”
Kata Audrey
Tania pun menggandeng tangan Audrey dan
mengajak untuk masuk ke dalam mobil. Tetapi Audrey menolak untuk pulang bersama
ia mengatakan bahwa ia sedang menunggu sopirnya. Tania tetap memaksa untuk mengajak
Audrey pulang bersama. Akhirnya Audrey mau diajak pulang bersama. Di dalam
mobil Audrey merasa gelisah akibat takut jika sopirnya menjemput di sekolah
tetapi dia tidak ada. Tania yang melihatnya pun menyodorkan sebuah kertas yang
menanyakan kenapa Audrey gelisah saat itu.
“Aaa…ku
takut kalau sopirku datang dan mencariku.”
Kata Audrey pada Tania
“Sudah…
sudah tenang…” Kata Tania
sambil mengelus tangan Audrey
Audrey
pun mengeluarkan handphonenya lalu segera mengirimkan pesan pada sopirnya bahwa
ia pulang bersama Tania tetangga satu kompleksnya. Sopir yang menerima pesan
Audrey pun langsung berputar arah. Sopir yang menjemput Audrey ternyata
terjebak macet di jalan menuju sekolah Audrey. Setelah kurang lebih 30 menit
sampailah Audrey di rumahnya.
“Tan makasih
ya sudah mengantar aku pulang. Makasih juga ya pak sudah mengantar aku pulang.” Ujar Audrey pada Tania dan sopirnya
Tania dan sopirnya pun hanya tersenyum. Sopir
Tania pun turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Audrey. Tania pun pulang
ke rumahnya sambil melambaikan tangan dari dalam mobil.
Sesampainya
di rumah Audrey selalu disambut dengan hangat oleh anjing kesayangannya yang
bernama Bee. Bee pun selalu mengikuti Audrey kemana pun ia pergi di dalam
rumah. Audrey pergi ke kamar dan membersihkan dirinya. Sesaat kemudian mama
Audrey mengetuk dan membuka pintu kamarnya untuk mengajak makan bersama. Mereka
makan bersama dengan masakan yang telah di buat oleh mama Audrey. Audrey sangat
makan dengan lahap. Selesai makan ia bersantai sejenak di ruang tengah rumahnya
sambil membaca majalah. Usai bersantai Audrey pun kembali ke kamar untuk
belajar. Ia kembali membuka buku pelajaran dan mempelajari apa yang telah
diajarkan disekolah tadi. Setelah selesai belajar, Audrey menyempatkan membuka
youtube untuk melihat kejuaraan Asian Games. Ia melihat cabang olah raga yang
ia senangi yaitu renang. Kebetulan ada atlet kesukaannya yaitu Ressa Kania
Dewi. Setelah cukup lama menonton Audrey pun tertidur pulas.
Keesokan
paginya, Pak Heri, guru fisika Audrey, berpapasan dengan Audrey. Ia menitipkan
sebuah surat untuk Sherly dan meminta Sherly menemuinya di ruang guru. Audrey
hanya tersenyum dan membaca nama yang ada
di depan amplop. Audrey pun segera masuk ketika melihat Bu Maya
membunyikan lonceng di depan ruang guru. Audrey duduk di bangku kesukaannya
tapi sayangnya hari itu tak seperti biasanya. Sherly teman sebangkunya tidak
ada disampingnya. Audrey tak tahu kenapa Sherly tidak masuk sekolah pada hari
itu. Ia berinisiatif untuk menanyakan mengapa Sherly tidak masuk sekolah, lalu
ia mengirim pesan di Whatsapp kepada Sherly. Selama pelajaran berlangsung
Audrey merasa sangat kesepian karena tidak ada Sherly yang mengajaknya
berbicara. Audrey memikirkan Sherly selama pelajaran. Jam istirahat pun tiba,
Audrey mengambil gadgetnya kemudian menelepon Sherly. Nada dering tersambung
namun Sherly tidak menjawab telponnya. Akhirnya seusai sekolah Audrey meminta
kepada sopirnya untuk mengantarnya ke rumah Sherly.
“Mari non…” Kata pak sopir pada Audrey sambil membukakan
pintu mobil
“Pak kita ke
rumah Sherly ya!” Kata Audrey pada
pak sopir
“Ada apa non
kok tumben mau ke rumah non Sherly? Apa tadi nggak ketemu di sekolah?” Kata pak sopir menjawab sambil melihat ke kaca
dan memberikan isyarat pada Audrey
“Tadi Sherly
nggak masuk sekolah pak. Tapi aku whatsapp nggak dijawab terus aku telpon juga
ga diangkat. Aku khawatir pak pada Sherly karena dia tidak ada kabar.” Kata Audrey sambil sedikit panik
“Oh begitu….
Ya sudah non ini bapak antar…
Ngomong-ngomong
rumah non Sherly dimana ya?” Kata
pak sopir sambil memberikan isyarat tentang rumah
“Hah apa
pak? Pulang kerumah? Loh…loh…. Kita kerumah Sherly.” Kata Audrey pada sopir
“Aduhhh non…
maksud saya alamat bukan pulang ke rumah tapi alamat rumah non Sherly.” Kata pak sopir sambil menepuk dahi
Kemudian saat berada di lampu merah pak sopir
mengambil kertas dan pulpen. Ia menulis di kertas tersebut dan menanyakan di
mana rumah Sherly lalu memberikannya pada Audrey. Audrey menerima kertas tersebut.
Ia membuka gadgetnya dan melihat histori chatnya bersama Sherly karena sewaktu
itu ia pernah meminta alamat Sherly. Setelah ditemukan ia menuliskan alamat
lengkap Sherly dibelakang kertas yang diberikan pak sopir itu kemudian
menyodorkannya pada sopirnya.
“Hahaha…… Ini
pak alamatnya. Ngomong dong pak kalau minta alamat Sherly!” Kata Audrey pada pak sopir sambil tertawa
“Iya non….
Segera meluncur kesana.” Kata pak
sopir menjawab
Sesampainya
di depan rumah Sherly, Audrey melihat bahwa rumahnya tampak sepi. Audrey pun
turun dari mobil dan mendekat ke arah rumah. Ia masuk dan mengetuk pintu rumah
Sherly namun tidak ada ada yang menjawab. Lalu ia menelepon Sherly kembali. Audrey
memutuskan untuk menunggu di dalam mobil karena ia berharap sekali bertemu
dengan Sherly untuk memberikan surat dari Pak Heri tadi. Rasa penasaran Audrey
pun muncul, lalu ia membuka amplop tersebut dan membacanya. Ternyata surat
tersebut berisikan mengenai lomba OSN fisika tingkat SMA se-Semarang.
“Coba saja
yah hari ini aku bertemu dengan Sherly pasti dia sangat senang membaca surat
ini sebab lomba itu tentang pelajaran yang dia suka. Dia juga pernah mengatakan
padaku kalau dia ingin sekali bisa mengikuti lomba mengenai pelajaran fisika.
Dia kemana
ya kira-kira? Nggak biasanya rumahnya sepi kaya gini.” Kata Audrey dalam hati
Sekitar hampir satu jam menunggu akhirnya
Audrey pun memutuskan untuk pulang saja dan menyimpan surat itu dalam tas.
Audrey pun pulang dengan beban karena ia tidak dapat menyampaikan surat
tersebut pada Sherly. Sepanjang perjalanan pulang Audrey memikirkan Sherly dan
wajahnya nampak cemas karena tidak biasanya Sherly tidak ada kabar seperti ini.
Sampai dirumah seperti biasanya ia disambut oleh anjing kesayangannya, Bee.
Namun kali ini Audrey nampak menghiraukan Bee, ia langsung masuk ke dalam
kamar. Ia masih saja masih saja memikirkan Sherly. Ibu Audrey tak sengaja
melihat wajah Audrey yang cemas dan tingkah laku Audrey yang tidak seperti
biasanya. Ibunya segera ke kamar Audrey untuk menghampirinya.
“Tok…Tok…Tok…”
Terdengar suara ketukan pintu
“Audrey…Audrey…
Buka pintunya nak…
Audrey… Ibu
masuk ya?” Kata ibu sambil berdiri di depan pintu
Ketika dipanggil oleh ibu tak ada suara sama
sekali. Lalu ibu mencoba membuka pintu kamar Audrey, ternyata kamar Audrey
tidak di kunci. Ibu pun masuk ke dalam kamar dan mendekat ke arah Audrey.
“Audrey..
nak kenapa kamu sayang?” Kata ibu
sambil duduk di kasur
Audrey tidak menjawabnya sama sekali. Ia tetap
terlihat murung dan cemas. Kemudian ibunya mengambil memo di atas laci Audrey
dan menulis pesan. Di memo itu tertuliskan “Audrey kenapa kamu terlihat cemas?
Apakah ada masalah? Sini cerita sama ibu.” Ibu Audrey memberikan memo tersebut
pada Audrey dan ia membacanya. Audrey hanya terdiam dan tersenyum pada ibunya.
Lalu saat melihat Audrey sudah tersenyum ibunya memberikan isyarat meminta
jawaban dengan menunjuk tulisan pada memo tersebut.
“Hm..Hmm…
Bu, aku mau cerita nih….” Kata Audrey
sambil menatap ibunya
“Mau cerita
apa sayang? Sini ceritakan pada ibu.” Kata
ibunya menjawab sambil mengelus kepala Audrey
“Ibu tau
nggak sih Sherly tadi nggak masuk sekolah bu.” Jawab Audrey
“Terus apa
masalahnya?” kata ibu sambil
menuliskan di selembar kertas
“Sherly
masuk sekolah tanpa alasan bu. Aku chat dia gak balas, aku telpon gak diangkat
juga. Nggak biasanya dia kaya gini.” Kata
Audrey
“Mungkin dia
sakit kali. Tenanglah…” Kata ibu
menjawab sambil menulis kata sakit di selembar kertas tadi
“Tadi aku
pulang sekolah dating ke rumahnya tapi sepi dan kaya nggak ada orang. Aku ketuk
pintunya gak di buka juga. Terus aku nunggu deh hampir satu jam tapi nggak ada
orang juga yang datang.” Kata Audrey
“Emang kamu
ada kepentingan apa sih? Sampai kamu rela menunggu satu jam di rumah Sherly?”
Kata ibu sambil menuliskan apa yang diucap di kertas itu lagi
“Gini loh
bu…..
Tadi Pak
Heri menitipkan surat Sherly padaku bu. Pak Heri memintaku menyampaikan surat
itu segera.” Kata Audrey
“Surat apa?”
Kata ibu sambil memberi isyarat
“Aku awalnya
nggak tau bu itu surat apa, terus aku akhirnya membukanya karena penasaran
ternyata itu surat tentang lomba OSN fisika se-Semarang gitu deh.
Kalo ibu
tahu dia itu jago fisika loh…… makannya aku nggak sabar buat kasih surat ini
sama dia.” Jawab Audrey sambil memperlihatkan
surat yang diberikan Pak Heri
“Oalah pantes
aja….. Yasudah tidak usah di pikirkan ya, besok dia juga paling berangkat
sekolah.” Kata ibu sambil menuliskan di kertas
“Tapi kan
bu……” Kata Audrey terputus
“Ah
sudahlah… sekarang kamu mandi dulu lalu makan malam ya. Ibu tunggu dibawah!” Kata ibu sambil memberikan isyarat untuk mandi
dan makan sambil menunjuk kamar mandi dan lantai bawah
Lalu akhirnya Audrey beranjak dari tempat
tidur dan meletakkan surat punya Sherly itu diatas meja belajarnya. Ia bergegas
untuk menuju ke kamar mandi dan membersihkan diri. Setelah memakai piyamanya ia
turun untuk makan malam bersama ibu dan ayahnya. Selama makan malam bersama
Sherly hanya terdiam padahal ia biasanya bercerita banyak terutama pada ibunya.
Usai makan dia langsung kembali ke kamarnya untuk melanjutkan kegiatannya. Ia
duduk dan mulai membuka buku di meja belajarnya, namun ia merasa sangat bete
dan malas untuk melakukan sesuatu. Lalu ia menutup bukunya dan mulai mencari
hiburan yang lain. Ia membuka laptopnya dan melihat video-video lucu di youtube
untuk memperbaiki moodnya. Audrey tertawa terbahak-bahak melihat video yang
diputarnya. Setelah cukup bosan dengan video lucu itu Audrey mulai menggerakan
kursor dan mengganti dengan menonton film. Saat menonton film Audrey dibantu
oleh alat dengar yang diberikan ibunya tapi jarang sekali ia memakainya hanya
sesekali saja. Film berlangsung selama dua jam, namun sebelum film habis Audrey
telah terlelap tidur di meja belajarnya hingga pagi hari.
Keesokan
paginya terbitlah matahari dari ufuk timur cahayanya memasuki celah celah
jendela dan hampir menembus kaca namun tertutup oleh korden yang menempel di
jendela kamar itu. Ruangan yang cukup luas namun gelap karena cahaya penerangan
dipadamkan sejak malam. Alarm yang diletakkan di meja dekat lampu itu pun membangunkan
ibu Audrey yang masih terlelap di kasur yang sangat empuk itu. Letaknya tak jauh dari telinga ibu Audrey dan
suaranya pun berdering cukup keras. Tangan ibu Audrey pun meraih alarm tersebut
kemudian mematikannya. Hingga perlahan ibu Audrey pun membuka mata dan bergegas
bangun. Sebelum ia keluar dari kamar, ia duduk di kasur dan bersembahyang. Ia
selalu mendoakan keluarganya terutama anaknya Audrey. Terkadang ketika sedang
berdoa, ibu Audrey pun menangis karena sedih melihat anaknya tidak bisa seperti
anak yang lain. Namun, ia tetap bangga pada Audrey yang meskipun berkebutuhan
khusus tetapi ia tetap bersemangat untuk bersekolah dan selalu berprestasi di
sekolahnya. Padahal dalam benaknya melihat Audrey tersenyum tanpa beban itu
sudah menjadi kebahagiaan tersendiri untuknya.
Kemudian
ia beranjak dari kasur dan tangannya menggenggam gagang pintu dan mendorongnya
ke bawah. Lalu terbukalah pintu itu dan ia berjalan keluar menyusuri jalan
menuju kamar Audrey. Jalan menuju kamar Audrey pun masih gelap karena lampu di
seluruh sudut dalam rumah di matikan kecuali lampu kecil pada ruang tengah.
Sambil berjalan ke kamar Audrey, ibu pun menghidupkan lampu untuk menerangi
jalan itu. Kemudian sampai di depan kamar Audrey ibu membuka pintu dan
bersimpuh di dekat kasur Audrey dan membangunkannya. Setuhan tangan nan lembut
menyentuh kening Audrey membuat Audrey terbangun. Audrey pun duduk di kasur
tersebut dan ia pun mengucap syukur pada Tuhan seperti biasanya. Lalu ia
berjalan mendekati meja belajarnya, ia menata kembali buku-buku sisa belajarnya
semalam dan ia mengambil buku-buku yang akan dibawanya ke sekolah. Ia
memasukkan semua buku-buku yang telah disiapkannya ke dalam tas. Lalu ia
berjalan menuju ke depan almari dan mengambil seragam setelah itu ia
membersihkan diri. Setelah selesai membersihkan diri ia segera bersiap-siap
berangkat menuju sekolah. Seperti biasanya ia diantar oleh sopirnya menuju ke
sekolah. Dalam perjalanannya menuju kesekolah tiba-tiba mobilnya berhenti
mendadak. Ngeng…. Cit….. suara rem yang cukup kencang. Audrey pun cukup
terkejut, badannya pun menghantam sofa mobil yang berada di depannya.
“Aduh……..” Kata Audrey ketika badannya terhantam oleh
sofa mobil
“Duh….. maaf
ya non…
Non Audrey
nggak kenapa-napa kan ?” Kata
sopirnya sambil menengok ke belakang memastikan keadaan Audrey
Audrey pun hanya mengangguk dan terdiam. Ia
masih cukup syok karena kejadian tadi.
“Ada apa sih
pak?” Kata Audrey bertanya
“Aduh maaf
non bapak juga nggak tahu. Coba nanti bapak lihat.” Kata pak sopir sambil menggelengkan kepala
Kemudian pak sopir pun turun dari mobil dan
berjalan ke depan melihat apa yang sebenarnnya terjadi. Setelah berjalan cukup
jauh ternyata dijalan tersebut ada truk yang sedang terguling akibat bannya
bocor. Truk itu terguling dan menutupi akses dua arah tersebut. Pak sopir pun
kembali ke mobil. Ia mengambil memo yang ada di dalam mobil dan menuliskan apa
yang terjadi tadi. Dalam memo itu tertuliskan “Truk terguling” dan memo itu
diberikan pada Audrey. Lalu Audrey pun melihat jam yang melekat pada tangannya.
Jarum jam menunjukan hampir pukul tujuh. Audrey pun mulai panik karena
perjalanan menuju ke sekolahnya masih cukup jauh. Akhirnya ia memutuskan untuk
memesan ojek online agar tetap bisa pergi ke sekolah tepat waktu. Ia pun berpamitan
pada sopirnya dan segera bergegas pergi dari tempat itu. Ia berjalan cukup jauh
dari jalan itu sekitar 100 meter untuk menghindari kemacetan dan menunggu ojek
online itu di depan toko kelontong. Beberapa menit kemudian ojek online itu pun
datang menjemput Audrey. Ketika ojek itu datang Audrey langsung memperlihatkan
aplikasi ojek onlinenya dan abang ojek itu langsung paham. Abang ojek itu
memberikan helm pada Audrey dan dengan terburu-buru Audrey menaiki motor sambil
memakai helm. Selama perjalanan ia cemas karena waktu telah menunjukan pukul
07.15 yang artinya ia sudah terlambat dan tidak bisa masuk kedalam sekolah.
Jalanan yang cukup padat dan berdebu pun ia rela lewati.
Sesampainya
disekolah gerbang sekolah sudah ditutup dan Audrey pun tidak bisa masuk. Ia
harus menunggu beberapa menit untuk menunggu gerbang kembali dibuka bersama
teman-teman yang lain. Wajahnya cemas dan pucat. Badannya pun lemas dan
tangannya juga sangat dingin. Ini pertama kalinya ia terlambat dan harus
menghadapi guru BK yang berjaga di depan pintu masuk sekolah. Jam yang melekat
pada pilar sekolah pun telah menunjukan pukul 07.30, gerbang sekolah akhirnya
dibuka. Siswa yang terlambat harus berbaris dan antri untuk di absen dan
dicatat oleh guru BK. Tibalah giliran Audrey untuk diabsen, ia nampak sangat
ketakutan dan wajahnya sangat pucat. Ia pun menunduk dan tidak berani menatap
wajah guru BK itu.
“Selamat
pagi nak…..” Kata guru BK itu
menyapa dengan senyuman
“Se….selamat
pagi bu……” Kata Audrey sambil bersalaman dan
gugup
“Nama kamu
siapa?” Kata guru BK itu sambil melihat Audrey
yang menunduk
“…………………”
Audrey pun tidak menjawab karena ia tidak
dapat mendengar. Guru BK itu memegang pundak Audrey dan memiringkan kepala
untuk mengetahui sebenarnya itu siapa. Setelah itu, ia masih belum tahu kalau
itu adalah Audrey. Tiba-tiba datanglah Bu Ajeng, guru BK kelas Audrey dan
memberitahu pada guru BK yang menanyai Audrey itu tadi bahwa Audrey adalah
seorang tuna rungu. Guru BK itu pun paham dan mulai menanyai Audrey pelan-pelan
dibantu oleh Bu Ajeng.
“Namanya
siapa bu?” Kata guru BK itu pada Bu Ajeng
“Namanya
Audrey bu, dari kelas IPA 1” Kata
Bu Ajeng pada guru BK itu
“Audrey
kenapa kamu terlambat?” Kata Bu
Ajeng menanyai dan sambil menuliskan kalimat tersebut pada belakang kertas yang
dipegang oleh guru BK itu
“Aaa…aaaa…….” Audrey pun ketakutan dan gugup
sehingga ia tidak dapat menjawab
“Kenapa
Audrey? Coba sini ceritakan pada ibu!”
Kata Bu Ajeng menanyai dan sambil memberikan isyarat menenangkan Audrey
“Aaaa…..
Aaaa….” Audrey pun masih gugup dan ia bingung harus
bagaimana berkata-kata
“Sudah…..
pelan-pelan sini ceritakan pada Ibu…. “ Kata
Bu Ajeng sambil menenangkan
“Aaaa…
Jadi gini
bu, tadi itu sebenarnya saya terlambat gara-gara ada truk terguling di Jalan
Merdeka.” Kata Audrey sambil menuliskan di memo
lalu menyodorkan pada Bu Ajeng
“Oh begitu……
Yayaya…..
Ibu paham. Ya sudah sekarang kamu masuk saja ke dalam kelas.” Kata Bu Ajeng pada Audrey
“……………………………………..”
Audrey pun hanya terdiam dan masih ketakutan.
Ia nampak tidak berani masuk ke dalam kelas karena ia mengetahui bahwa jam
pelajaran pertama hampir usai. Ia terkenal paling disiplin dan rajin di
kelasnya sehingga baru pertama kalinya ia terlambat seperti ini. Karena melihat
Audrey masih nampak cemas akhirnya Bu Ajeng mendekati Audrey lagi.
“Kenapa kamu
belum masuk kelas juga?” Kata Bu
Ajeng menanyai Audrey
“……………………….” Audrey hanya diam
“Ya sudah,
ayo ibu antar ke kelas saja” Kata Bu
Ajeng sambil memegang pundak Audrey
Mereka pun akhirnya berjalan kearah kelas. Bu
Ajeng memang terkenal guru BK yang sangat baik dan ia bisa memahami Audrey yang
berkebutuhan khusus. Sesampainya di depan kelas Bu Ajeng mengetuk pintu dan
berkata pada Bu Maya yang sedang mengajar di kelas itu.
“Tok…….Tok…………Tok………..” Suara ketukan pintu
Bu Ajeng pun membuka pintu kelas tersebut dan
mengantar Audrey masuk. Audrey pun bersalaman pada Bu Maya dan dipersilahkan
duduk. Kemudian Bu Ajeng mendekat ke arah Bu Maya dan memberitahu apa yang
terjadi pada Audrey sebelumnya.
“Permisi bu,
tadi Audrey terlambat karena ada truk yang terguling di Jalan Merdeka sehingga
membuat macet. Ia nampak cemas dan ketakutan saat hendak masuk kelas. Maka dari
itu saya mengantarkannya ke kelas.”
Kata Bu Ajeng pada Bu Maya menjelaskan
“Oh…….
Begitu. Ya sudah bu tidak apa-apa. Terimakasih bu.” Kata Bu Maya pada Bu Ajeng
“Sama-sama
bu.” Kata Bu Ajeng
Sesudah
itu Bu Ajeng pun meninggalkan kelas. Bu Maya pun melanjutkan untuk mengajar.
Suasana kelas yang hening dibarengi dengan angina semilir yang memasuki dalam
kelas. Selama pelajaran fokus Audrey pun terpecah. Ia kembali memikirkan Sherly
teman sebangkunya yang sudah beberapa hari ini tidak ada kabar. Audrey pun
hanya melamun selama pelajaran. Kring……..Kring……Kring………. bunyi bel pertanda
jam istirahat. Audrey pun membuka ponselnya dan kembali mengirimkan pesan
melalui Whatsapp. Dalam pesan itu Audrey masih terus menanyai kenapa Sherly
tidak masuk sekolah beberapa hari ini. Namun ternyata pesan yang dikirim tidak
dijawabnya. Kemudian Audrey masih mencoba untuk terus mencari kabar dari
Sherly, ia pun ke ruang BK dan mencoba bertanya pada Bu Ajeng.
“Tok….tok……tok….” Suara ketukan pintu
“Ya,
silahkan masuk.” Kata guru BK
menjawab
“Permisi bu,
bisa bertemu dengan Bu Ajeng?”
Kata Audrey bertanya
“Oh Bu Ajeng
ada di sebelah sana.” Kata guru BK
sambil menunjuk ke arah ujung tempat duduk Bu Ajeng
“Baik bu.
Terimakasih.” Kata Audrey
berterimakasih
Audrey pun berjalan ke arah meja Bu Ajeng dan
ia mulai berani bertanya
“Permisi
bu…..” Kata Audrey
“Eh ada
Audrey…. Silahkan duduk nak….
Ada apa kamu
datang kemari? Ada yang bisa dibantu?” Kata
Bu Ajeng pada Audrey sambil memberi isyarat
“Begini bu….
Saya mau bertanya, apa ibu mengetahui kabar Sherly ? Sudah berapa hari ini ia
tidak masuk sekolah. Saya Whatsapp dan telepon tidak diangkat bu. Saya khawatir
pada Sherly.” Kata Audrey pada
Bu Ajeng
Bu Ajeng pun menyodorkan kertas pada Audrey
yang berisikan kalau Sherly ijin tidak masuk karena ia sakit dan kembali
menyodorkan kertas berisikan nomor telepon ibu Sherly. Audrey pun
berterimakasih pada Bu Ajeng dan pergi meninggalkan ruang BK. Audrey pun
mengambil gawainya dan mencoba mengirim pesan pada nomor tersebut untuk
menanyakan kenapa. Ternyata pesan itu dibalas dengan cepat oleh ibunya Sherly.
Ibu Sherly memberitahukan bahwa Sherly di rawat dirumah sakit akibat penyakit
leukemia. Audrey pun tak kuasa menangis membaca pesan tersebut karena
sebelumnya ia tidak pernah tahu bahwa Sherly mengidap penyakit tersebut. Audrey
menjawab pesan tersebut dan bertanya dimana Sherly dirawat. Kemudian ibu Sherly
memberitahu bahwa Sherly di rawat dirumah sakit Permata. Usai pelajaran
berakhir pada hari itu, ia langsung meminta sopirnya untuk ke rumah sakit
Permata tempat Sherly di rawat.
“Pak
langsung ke rumah sakit Permata ya!”
Kata Audrey pada sopirnya
“Loh non mau
ngapain? Kan non nggak sakit?”
Kata sopirnya menjawab sambil melihat Sherly dari kaca spion
“…………………”
Audrey
hanya terdiam dan tidak menanggapi sopirnya. Lalu sopirnya pun langsung
mengantarkan Audrey ke rumah sakit Permata. Dalam perjalanan menuju rumah sakit
Audrey terus menekuk wajahnya dan tak terbendung air matanya. Air matanya
membasahi seluruh wajah Audrey dan perasaannya campur aduk saat itu. Sopir yang
melihat Audrey menangis pun membawa mobil sambil kebingungan dan bertanya-tanya
sebenarnya ada apa. Sesampainya dirumah sakit Audrey langsung lari dan
terburu-buru dan meninggalkan sopirnya tanpa penjelasan apapun. Ia berjalan
menyusuri lorong-lorong rumah sakit. Di sepanjang lorong itu banyak petugas
rumah sakit dan pasien yang berlalu lalang. Di samping kanan dan kiri terdapat
poster-poster tentang kesehatan dan papan petunjuk arah ruangan-ruangan dalam
rumah sakit itu. Audrey pun berjalan sambil melihat papan petujuk jalan. Ia mencari
ruangan dimana Sherly dirawat dan setelah sampai diruangan itu ia bertemu
dengan ibu Sherly dan langsung memeluknya. Tangisan mereka berdua tak kunjung
usai melihat keadaan Sherly yang terbaring lemah dan sedang dirawat. Selang
infus pun terpasang di tangannya dan infus itu mengalir setiap detik memasuki
tubuh Sherly. Selang oksigen pun juga melekat di tubuhnya untuk membantunya
bernapas. Ibu Sherly merangkul dan membawa Audrey untuk duduk di depan kamar
rawat itu. Ibu Sherly mencoba
menenangkan Audrey yang menangis. Sopir Audrey yang ditinggal tanpa pesan tadi
pun mencari Audrey ke seluruh sudut
rumah sakit. Ia bertanya pada petugas dimana pasien yang bernama Sherly
dirawat. Lalu ia berjalan ke ruangan yang ditunjukkan oleh petugas rumah sakit
itu. Kemudian ia dari jauh telah melihat Audrey sedang duduk bersama ibunya
Sherly dan mulai memperlambat jalannya. Sopir Audrey pun mengambil gawainya dan
menelepon ibu Audrey untuk memberitahukan bahwa Audrey sedang berada dirumah
sakit untuk menengok Sherly.
“Tut…..Tut…..Tut….”
Suara nada sambung telepon
“Halo
nyonya….” Kata sopir itu
“Halo iya
pak ada apa ya?” Jawab ibu Audrey
“Begini
nyonya, saya sekarang dengan non Audrey sedang dirumah sakit soalnya…..” Kata sopir itu
“Hah?!!
Siapa yang sakit pak? Audrey sakit? Audrey kenapa pak?” Tanya ibu Audrey panik sambil memotong
pembicaraan sopir itu
“Begini
nyah, bukan non Audrey yang sakit tapi temannya, non Sherly yang rumahnya juga
sekitaran kompleks.” Jawab sopir itu
pada ibunya Audrey
“Oh
begitu….. memangnya dirumah sakit mana pak?” Tanya
Ibu Audrey
“Ini nyah di
Rumah Sakit Permata.” Jawab sopir itu
menanggapi
“Oh ya
sudah pak. Kalo sudah selesai langsung pulang saja ya.” Jawab ibu Audrey
dan langsung menutup teleponnya.
Hari
pun hampir gelap. Matahari yang cukup menyingsing pun pergi. Setelah cukup lama
Audrey berada disana dan berbincang dengan ibunya Sherly, ia pun berpamitan
untuk pulang. Sepanjang jalan menuju kerumah Audrey hanya diam sambil ngelamun.
Sesampainya dirumah seperti biasa ia disambut dengan Bee, anjing kesayangannya.
Namun ia langsung bergegas pergi ke kamarnya. Ia pun membersihkan diri dan
beristirahat. Saat duduk kasurnya sambil meluruskan kakinya, ia teringat setiap
sehabis makan di kantin Sherly selalu membawa botol obat. Ia juga teringat pernah
bertanya pada Sherly sebenarnya itu obat apa, namun Sherly menjawab bahwa itu
hanya vitamin biasa yang ia minum untuk menambah tenaga. Audrey juga teringat
ketika sedang pelajaran olahraga, seketika wajah Sherly menjadi pucat dan
mimisan padahal tidak biasanya Sherly seperti itu. Ketika ditanyai kenapa,
Sherly hanya berkata bahwa ia kelelahan saja. Awalnya Audrey hanya percaya saja
apa kata omongan Sherly dan tidak berpikir sejauh ini bahwa sahabatnya
menderita penyakit mematikan. Kembali Audrey meneteskan air matanya dan tak
menyangka bahwa Audrey mengidap penyakit yang mematikan itu. Audrey pun
mendoakan sahabatnya itu dan pergi beristirahat.
Keesokan
harinya Audrey bangun dan bersiap-siap
untuk pergi ke sekolah. Sebelum pergi kesekolah tak lupa ia selalu mampir dulu
ke meja makan untuk sarapan. Ibunya melihat dia yang sangat sedih lalu menanyai
kenapa ia terlihat sedih setelah pulang dari rumah sakit sambil menyodorkan
memo seperti biasanya. Lalu Audrey pun bercerita kalau sebenarnya Sherly, sahabatnya
masuk rumah sakit dan mengidap penyakit leukemia. Ia pun kembali meneteskan air
mata dan ibunya pun memeluknya sambil mengelus-elus kepala Audrey. Ibu Audrey
menyemangati putrinya tersebut dan membawakan sarapan Audrey pada kotak makan
agar dimakan disekolah karena jam telah menunjukkan pukul 06.15 dan Audrey
harus pergi ke sekolah karena jika terlambat sedikit saja jalanan pasti macet.
Audrey tetap pergi ke sekolah seperti biasanya. Namun Audrey tak girang seperti
biasanya wajahnya pun selalu ditekuk karena teman sebangkunya yang biasanya
diajak bercanda sekarang harus terbaring lemah dirumah sakit. Audrey pun nampak
tak semangat sama sekali saat mengikuti pelajaran. Badannya lemas dan wajahnya
cemberut selama di kelas. Kring……….Kring……..Kring……….. bunyi suara bel dan
tanda jam istirahat tiba. Audrey pun berjalan-jalan di sekitar sekolah untuk
mencari udara segar. Ia duduk di bawah pohon dekat lapangan sekolahnya. Disitu
ia duduk sendiri sambil membaca buku. Namun baru beberapa menit ia langsung
menutup kembali buku itu karena ia sedang tidak mood untuk melakukan sesuatu.
Akhirnya ia hanya duduk dibawah pohon sambil menikmati udara luar.
Kring………….kring…………kring……… bunyi suara bel lagi dan tanda jam istirahat telah
usai. Audrey melihat anak-anak yang lain kembali ke kelas dan ia pun turut
kembali ke kelas juga. Saat berjalan hampir mendekati kelas tiba-tiba ada suara
yang memanggil Audrey dari belakang.
“Audrey!” Bunyi suara itu dengan lantang
Audrey pun tetap berjalan menuju ke kelas
karena ia tidak mendengar apa-apa. Bruk… bruk… bruk…. Suara hentakan kaki yang
sangat keras dan cepat menuju ke arah Audrey namun tak sedikit pun ia menoleh
ke belakang. Lalu tiba-tiba ada tangan yang menepuk pundak Audrey dari belakang
dan Audrey pun menoleh ternyata Pak Heri. Lalu Pak Heri pun mulai menanyai
tentang kabar surat yang akan diberikan pada Sherly tentang lomba fisika
tersebut. Pak Heri berkata sambil memberikan isyarat pada Audrey.
“Audrey
apakah surat itu telah kamu sampaikan pada Sherly?” Kata Pak Heri sambil memberikan isyarat dengan
menggerakan jari-jarinya membentuk sebuah kotak
“Kenapa pak?
Oh….. surat?
Begini pak
suratnya belum saya berikan pada Sherly.”
Kata Audrey menanggapi
“Kenapa kamu
belum berikan suratnya? Sebentar lagi kan mendekati hari H” Jawab Pak Heri tegas pada Audrey
Audrey dapat mengerti apa yang dikatakan Pak
Heri dengan membaca gerak bibirnya. Ia melihat Pak Heri sangat kesal padanya.
Ia sebenarnya sedang tidak mood dan tidak ingin membahas keadaan Sherly lagi,
namun ia mencoba mengesampingkan hal itu. Kemudian ia mencoba untuk menjelaskan
pelan-pelan pada Pak Heri apa yang sebenarnya terjadi.
“Pak
sebenarnya saat saya menerima surat itu saya sudah menyimpannya dengan baik.
Saat itu Sherly tidak masuk sekolah dan saya mengirim pesan pada Sherly namun
tidak dibalas. Lalu saya memutuskan untuk pergi kerumahnya. Ketika sampai
dirumahnya ternyata rumahnya kosong dan tidak ada orang. Lalu di hari-hari
berikutnya Sherly tidak masuk sekolah lagi. Akhirnya saya memutuskan untuk bertanya
pada Bu Ajeng dan mendapat nomor telfon ibunya Sherly. Saya pun mengirimkan
pesan pada ibunya dan ternyata saya mendapat informasi bahwa Sherly masuk rumah
sakit dan saat berkunjung ke rumah sakit saya tidak sempat memberikan suratnya.
Sekarang ia dirawat dirumah sakit akibat penyakit leukemia.” Jelas Audrey pada Pak Heri
Audrey pun menyudahi perkataannya dan ia
berpamitan untuk kembali ke kelas. Lalu sepulang sekolah ia berjalan menuju
ruang guru dan menemui Pak Heri untuk mengembalikan surat tersebut. Audrey pun berpamitan
pada Pak Heri dan beranjak dari ruang guru. Audrey pun berpikiran untuk
mengunjungi Sherly lagi dirumah sakit. Ia kembali berjalan melalui
lorong-lorong rumah sakit sambil melewati petugas rumah sakit yang berpakaian
putih membawa peralatan medis ada pula yang sedang mendorong kursi roda ada
pula yang sedang bercakap-cakap sambil berjalan dengan dokter. Ia berjalan
melintasi dinding rumah sakit yang terpasang poster-poster tentang kesehatan
dan ruangan-ruangan pasien yang lainnya. Saat sampai di depan ruangan Sherly ia
melihat sahabatnya masih terbaring lemah dengan infus yang mengalir dalam
tubuhnya. Audrey pun selalu berharap agar sahabatnya itu cepat pulih dan mereka
dapat belajar bersama lagi disekolah. Setelah beberapa lama Audrey berada di depan
ruangan Sherly, ibu Sherly pun keluar dari ruangan dan menemui Audrey. Audrey
pun menanyai ibu Sherly bagaimana perkembangan kesehatan Sherly namun ternyata
belum ada perkembangan sama sekali. Audrey kembali sedih dan ibu Sherly pun
merangkulnya. Setelah cukup lama berbincang dengan ibu Sherly, Audrey
memutuskan untuk pulang ke rumah. Saat sampai dirumah Audrey mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan dan belajar karena dua hari lagi adalah ulangan
akhir. Ia sungguh-sungguh saat sedang mengerjakan tugas dan belajar. Saat
sedang mengerjakan tugas, Audrey melihat
lihat foto ia dengan Sherly yang di tempel di meja belajarnya. Ia merasa rindu
dengan sahabatnya. Ia mengingat kalau mendekati ujian akhir mereka selalu pergi
ke bukit di belakang sekolah untuk belajar bersama. Saat mereka bosan belajar atau sudah penat dengan
tugas-tugas mereka berteriak sepuas
mereka di bukit itu. Bukit itu cukup
tinggi dan terletak jauh dari rumah penduduk. Audrey pun mencoba fokus kembali
untuk belajar dan mengerjakan tugas dengan cepat karena telah larut malam.
Sebelum istirahat Audrey pun berdoa untuk kesembuhan Sherly.
Keesokan
paginya Audrey pun kembali sekolah seperti biasaya. Namun hari ini semua siswa
pulang lebih awal karena besok akan di adakan ujian akhir. Setelah dibagikannya
kartu ujian Audrey pun langsung pulang ke rumah. Saat ada waktu luang menunggu
Kak Lia, guru les matematika Audrey, ia menonton youtube. Ia membuka video
Asian Games terutama video tentang atlet renang. Ia sangat senang melihat video
tersebut hingga tak terasa sudah hampir sejam dia melihat video itu. Kak Lia,
guru les matematika Audrey pun datang dan mereka belajar bersama untuk ujian
akhir besok. Audrey sangat semangat karena besok ujian pertama adalah mata
pelajaran kesukaannya. Ia sangat senang berlatih soal-soal dari bermacam-macam
soal yang berbeda. Ia juga menanyakan soal mana yang tidak bisa ia jawab.
Setelah selesai belajar bersama Kak Lia cukup lama, Kak Lia berpamitan untuk
pulang dan Audrey pun beristirahat.
Keesokan harinya Audrey nampak
tak seperti biasanya, ia bangun lebih awal dan dibangunkan oleh ibu. Ia kembali
membaca dan memahami soal-soal yang telah dikerjakannya semalam. Tak lupa ia
juga kembali membuka catatan rumus-rumus matematikanya. Setelah beberapa menit
meluangkan waktu untuk membaca, ia langsung menyiapkan diri untuk pergi ke
sekolah. Ketika sedang mandi ibu Audrey masuk ke kamar berniat untuk
membangunkannya, tetapi ternyata Audrey lebih awal bangun dari biasanya. Ibunya
terheran heran melihat Audrey yang biasanya susah bangun tiba-tiba sudah bangun
duluan. Ibunya pun pergi meninggalkan kamar Audrey dan turun untuk menyiapkan
sarapan. Kali ini ibu menyiapkan sarapan sekaligus bekal untuk putrinya itu.
Namun kali ini beda, bekal yang dibawa Audrey spesial yaitu sushi makanan
kesukaan Audrey. Ibu menyiapkan itu sengaja untuk menambah semangat Audrey
dalam mengerjakan soal nantinya. Setelah beberapa menit kemudian Audrey pun
turun sudah megenakan seragam dan lengkap dengan tas dan papan ujiannya.
“Ibu….. masak apa hari ini?” Kata Audrey
sambil girang melihat masakan panas yang telah disajikan diatas meja makan
“Itu…..” Kata ibu sambil menunjuk makanan
yang ada di meja makan
Audrey pun
langsung duduk dan mengambil makan paginya. Kebetulan hari itu ibu masak sayur
lodeh dengan ikan asin yang masih sangat hangat. Lambung Audrey yang dingin pun
langsung segera hangat ketika makanan hangat itu masuk dalam lambungnya. Ia
makan dengan sangat lahap. Sebelum berangkat tak lupa ibu memberikan bekal yang
telah disiapkan keada Audrey. Bekal itu pun langsung dimasukkan kedalam tas
Audrey. Audrey pun berpamitan dan pergi kesekolah. Sampai disekolah Audrey
langsung mencari ruang ujian sesuai yang telah ditentukan di kartu ujian dan
masuk dalam ruangan. Audrey duduk di tempat duduk sesuai nomor ujiannya. Suasana
sangat sunyi dan tegang di kelas sebab ini adalah hari pertama ujian akhir bagi
para siswa. Pengawas pun berjalan membagikan soal setelah bel berbunyi. Setelah
dibagikan kertas ujiannya Audrey langsung melahap habis soal-soal yang
diberikan sebelum waktunya selesai. Audrey pun berdiam diri sambil mengoreksi
kembali pekerjaannya. Kring… kring…. Kring…. Bunyi bel tanda waktu mengerjakan
ujian telah habis. Para murid pun semua menghentikan pekerjaan mereka dan
mengumpulkannya kedepan. Setelah selesai ujian Audrey pun keluar ruang kelas
dan berjalan menuju ke arah depan sekolah. Pak sopir yang biasanya menjemput
Audrey pun telah siap dan segera membukakan pintu untuk Audrey. Dalam
perjalanan pulang ia merasakan kesenangan yang mendalam karena ia bisa
mengerjakan soal-soal ujian tadi. Sesampainya dirumah Audrey pun bersantai
diruang tengah sambil membaca majalah. Saat sedang bersantai ibu Audrey pun
masuk ke dalam rumah dengan mengenakan pakaian berwarna hitam. Sebelumnya
Audrey tidak mengetahui jika ibunya tidak ada dirumah. Audrey pun mendekati
ibunya dan bertanya dari mana ibunya.
“Loh ibu dari mana kok dari luar? Habis pergi ke rumah
tetangga ya? Habis arisan ya? Tapi kok ibu pake baju hitam sih? Kan nggak
biasanya ibu pake baju warna itu?” Kata Audrey bertanya pada ibunya
dengan penasaran
Namun ketika
ditanyai ibu Audrey pun hanya diam saja dan tidak menghiraukan Audrey. Lalu
Audrey nampak kebingungan kenapa ibunya bertingkah demikian padahal tidak
biasanya ibunya seperti itu. Lalu ibu Audrey pun berjalan mendekat ke arah meja
dan membuka laci itu. Ibu mengambil memo yang ada di laci tersebut dan
menuliskan sesuatu. Lalu memo yang telah berisikan pesan itu di berikan kepada
Audrey dengan berat hati. Lalu Audrey pun membaca apa isi pesan dalam memo
tersebut. Dalam memo itu tertulis “Sabar ya nak.. Sherly sudah bahagia bersama
Tuhan”. Audrey pun langsung berteriak
dan jatuh lemas. Air mata Audrey tak dapat tertahankan dan ia berteriak dengan
sangat kencang saat membaca memo tersebut dan mengetahui bahwa sahabatnya itu
telah tiada. Audrey pun minta diantar oleh ibunya ke pemakamannya Sherly.
Setelah sampai di pemakaman Sherly, Audrey kembali menangis karena mengingat
banyak hal yang telah mereka berdua lalui bersama dan banyak agenda kegiatan
yang ingin mereka lakukan bersama. Awan pun menutupi matahari yang menyinari
dan seketika langit pun berubah menjadi gelap. Tetesan air hujan membasahi dahi
ibu Audrey. Ibu Audrey pun merangkul mengajak Audrey untuk pulang sebab hampir
hujan. Lalu mereka pun kembali ke rumah. Audrey pun diantar oleh ibunya menuju
ke kamar dan beristirahat.
Keesokan harinya tibalah ujian
hari selanjutnya. Audrey datang kesekolah dengan sangat lemas dan tidak
bersemangat. Ia masuk ke dalam ruang dan mengerjakan soal-soal itu dengan
mengandalkan ingatan karena ia tidak sama sekali belajar. Usai ujian ia kembali
ke rumahnya. Saat menuju ke depan sekolah, Audrey melewati majalah dinding yang
melekat pada samping kanan dan kiri dinding sekolahnya. Ia tak sengaja melihat
poster yang sangat mencolok perhatiannya. Setelah ia baca ternyata itu adalah
poster tentang kursus renang. Lalu ia mengambil poster itu dan dibawanya
pulang. Audrey sangat ingin mengikuti kursus tersebut sebab ia ingin menjadi
atlet renang yang professional. Ketika sampai dirumah ia melihat ayahnya ada di
ruang makan. Ternyata ayah Audrey sudah pulang dari urusan pekerjaannya di luar
kota. Lalu Audrey menyapa ayahnya dengan hangat.
“Halo ayah… loh kok ayah udah pulang aja? Bukannya
ayah masih ada urusan di luar kota?” Kata Audrey menanyai ayahnya
sambil mencium tangan ayahnya.
Lalu ayahnya
hanya diam dan cuek seperti biasanya. Ayah Audrey terlihat lebih menikmati kopi
dan korannya dan tidak mau diganggu. Audrey pun mendekat dan menunjukan poster
yang diambilnya dari mading sekolah.
“Ayah… Ayah.. coba lihat deh poster ini. Ini loh ada
kursus renang. Audrey boleh ikut ya yah? Boleh ya boleh?” Kata Audrey
sambil menyodorkan poster itu
“Ngapain sih ikut kursus kaya gitu, lagian kan kamu
udah bisa renang.” Kata ayah Audrey sambil cuek
Audrey
memang tidak mendengar apa yang dikatakan ayahnya, namun Audrey dapat melihat
dari raut muka ayahnya yang tidak setuju. Lalu Audrey singgah ke kamarnya. Ia
sangat sedih karena ayahnya menolak keinginannya tersebut. Lalu ia diam-diam
mencari informasi tentang kursus renang itu. Saat hari mulai sore Audrey
berjalan-jalan disekitaran komplek untuk menghilangkan penat, ia duduk dibangku
yang ada ditaman itu. Saat sedang melamun tiba-tiba datanglah seorang laki-laki
dari belakang Audrey.
“Boleh aku duduk disini?” Kata
laki-laki itu pada Audrey
Namun Audrey
hanya tersenyum dan menganggukan kepala
“Hai namaku Mahendra, namamu siapa?” Kata
Mahendra pada Audrey sambil menyodorkan tangannya
“Hai, aku Audrey!” Kata Audrey sambil menjabat
tangan Mahendra
“Kok kamu disini sendiri lagi sambil melamun? Apa kamu
lagi ada masalah?” Kata Mahendra
Namun Audrey
tidak menjawab karena tidak mendengar apa yang diucapkan oleh Mahendra. Audrey
hanya diam saja. Mahendra tidak mengetahui jika Audrey adalah penderita tuna
rungu. Lalu Audrey pun pergi dari taman itu tanpa meninggalkan pesan pada
Mahendra. Mahendra pun penasaran pada Audrey. Akhrinya Mahendra pun mengikuti
Audrey secara diam-diam saat pulang kerumahnya. Ketika Audrey sudah sampai di
depan rumah, Mahendra mengamati dari kejauhan. Mahendra pun menyadari jika
Audrey adalah teman satu sekolah dan teman sekompleknya namun Audrey tidak
pernah keluar rumah jadi Mahendra pun tidak tahu.
Keesokan harinya Audrey pun
kembali bersekolah seperti biasanya. Ia masih saja memikirkan tentang kursus
renang itu. Ia masih berpikir ulang untuk menyampaikan pada ayahnya, karena ia
tahu pasti ayahnya tidak menyetujuinya lagi. Ia pun melihat-lihat ulang poster
kursus renang itu dan wajahnya nampak sangat menginkan ayahnya menyetujuinya.
Sepulang sekolah ia pergi ke sebuah bukit dibelakang sekolah, tempat
kesukaannya bersama Sherly sahabatnya yang telah tiada. Saat Audrey duduk di
bawah pohon dibukit itu, tak sengaja Mahendra juga sedang berada disitu dan
melihat Audrey sedang duduk sambil memegang kertas itu. Lalu Mahendra pun
berjalan dan menghampiri Audrey lalu memegang pundak Audrey. Mahendra mengambil
kertas itu dan membaca poster tersebut.
“Wah poster apa ini?” Kata
Mahendra sambil mengambil kertas itu
“…………..” Audrey hanya terdiam dan tidak
menjawab Mahendra
“Kamu mau daftar kursus renang ini yah?” Kata
Mahendra menanyai Audrey
“…………..” Audrey masih saja diam dan tidak
menghiraukan Mahendra
“Kamu tuh kenapa sih, kok diam saja ?” Tanya
Mahendra penasaran
Lalu Audrey
diam dan hanya melihat Mahendra yang terus menanyainya. Akhirnya Audrey
menjelaskan pada Mahendra dengan bahasa isyarat bahwa ia adalah seorang
penderita tuna rungu. Disitu Mahendra pun mulai mengerti mengapa sebenarnya
selama ini Audrey tidak pernah menanggapinya. Lalu Mahendra mencoba mendekatkan
diri dan berbicara dari hati ke hati pada Audrey agar dirinya tetap semangat
untuk meraih cita-citanya. Mahendra pun mendukung dan memberikan semangat untuk
Audrey agar tetap bisa mengikuti kursus renang tersebut. Mahendra mengusulkan
pada Audrey agar dirinya mengikuti kursus renang secara diam-diam dan Mahendra
berjanji untuk mengantar jemput Audrey ke tempat kursus tersebut. Mahendra
menuliskan usulnya dalam satu kertas dan menyodorkannya pada Audrey. Audrey
langsung menyetujuinya dan akhirnya mereka pergi ke tempat kursus renang
tersebut. Setibanya di tempat kursus tersebut mereka masuk ke dalam dan
Mahendra membantu Audrey untuk mendaftarkan diri. Setelah mengajukan pendaftaran
diri dan disetujui, Audrey resmi menjadi anggota klub. Audrey sangat senang dan
ia selalu rajin untuk berlatih di tempat kursusnya. Mahendra selalu mendukung
dan setia mengantar jemput Audrey setiap hari Senin dan Kamis sepulang sekolah.
Orang tua Audrey pun tidak curiga karena sebelumnya Audrey pernah mengajak
Mahendra ke rumah Audrey dan mengetahui kedekatan mereka. Orang tua Audrey
memperbolehkan Mahendra untuk mengantar jemput Audrey setiap hari untuk pergi
ke sekolah.
Suatu ketika tepat pada hari
Senin sepulang sekolah Audrey pun seperti biasa dijemput oleh Mahendra untuk
diantar pergi ke tempat kursus renang. Mahendra pun dengan sabar menunggu
Audrey yang sedang berlatih. Ia duduk lumayan jauh dari pinggir kolam sambil
melihat Audrey berlatih. Setelah dua jam berlatih Audrey pun menepi ke pinggir
kolam untuk mengeringkan badannya. Audrey pun mengganti bajunya dan merapikan
tas dan penampilannya kemudian pergi menghampiri Mahendra. Saat mereka berjalan
menuju ke pintu keluar terdengarlah suara rintikan hujan dan suara itu
terdengar semakin kencang. Hujan deras dan angin kencang membasahi seluruh
tempat itu. Mahendra dan Audrey pun berteduh di teras tempat kursus itu cukup
lama hingga langit semakin gelap. Audrey pun melihat jam ditangannya dan ternyata
menunjukkan pukul 7 malam. Audrey semakin gelisah karena hujan semakin deras
dan tidak biasanya ia pulang ke rumah semalam ini. Ia takut ketahuan dan
dimarahi oleh orang tuanya. Setelah menunggu hampir beberapa menit hujan pun
mulai sedikit demi sedikit berkurang dan mereka memutuskan untuk pulang dengan
menggunakan sepeda motor milik Mahendra. Sesampaiya dirumah Audrey pun mereka
masuk dan Mahendra mencoba menjelaskan pada orang tua Audrey. Mahendra pun
mencoba menutupi semuanya agar tidak ketahuan oleh orang tua Audrey.
“Malam om tante…..” Kata Mahendra sambil mencium
tangan kedua orang tua Audrey
“Iya nak malam…” Jawab ibu Audrey
“Kalian ini habis dari mana? Kok malam-malam gini baru
sampai dirumah?” Kata ayah Audrey menanyai mereka sambil curiga
“Hmm… jadi begini om tante, tadi saya mengajak Audrey
untuk pergi ke toko buku menemani saya. Kami berdua keasikan membaca buku sampe
lupa waktu. Maaf ya om… tante…..” Kata Mahendra menjelaskan dengan
penuh kebohongan
“Oh begitu…. Ya sudah Mahe sekarang segera pulang ya
karena ini sudah malam badan kalian juga basah semua.” Ujar ibu
Audrey
Lalu
Mahendra berpamitan untuk pulang. Ayah Audrey pun sempat curiga pada putrinya
itu dan tidak langsung percaya dengan omongan Mahendra, namun ia hanya diam
saja. Ibu Audrey pun menyuruh Audrey untuk segera membersihkan badan dan
beristirahat. Audrey pun beranjak dari ruang tamu ke kamarnya. Audrey pun
mengeluarkan seluruh pakaian kotor bekas renangnya itu di keranjang baju kotor.
. Biasanya ia memberikan baju itu pada Mahendra untuk dicucikan agar tidak
ketahuan bahwa ia habis pulang dari tempat kursus renang karena jika sampai
ayah Audrey mengetahui hal ini pasti ia sangat marah. Ia sangat lelah sehingga
lupa untuk menyembunyikan baju renang itu. Keesokan paginya ketika Audrey sudah
berangkat kesekolah ibunya pun membereskan kamar Audrey dan mengambil keranjang
yang berisi baju kotor tersebut. Saat ibu mengambil baju-baju itu dan
memasukkannya ke dalam mesin cuci, ibu menemukan baju renang Audrey. Lalu ibu
Audrey pun menceritakan pada ayah Audrey, mereka pun mulai curiga pada Audrey.
Hari pun semakin siang, tepat pukul dua siang ayah dan ibu Audrey pun makan
siang. Lalu Audrey pun datang dan menghampiri mereka.
“Selamat siang semuanya…..” Kata Audrey
datang dengan ceria sambil mencium tangan kedua orang tuanya tersebut.
Namun saat
Audrey datang tidak satu pun orang tuanya menjawab. Suasana pun berubah menjadi
tegang dan Audrey tidak menyadarinya. Lalu tiba-tiba ayah Audrey mengentikan
kegiatan makannya dan mulai bertanya pada Audrey masalah baju renang itu.
“Audrey, saat ibu mengambil keranjang baju kotormu
kenapa ada baju renang di dalamnya? Apa ada pelajaran olah raga renang?” Kata ayah
dengan tegas menanyai Audrey dan berbicara dengan bahasa isyarat
“Hmm….. Iya kok kemaren itu ada pelajaran renang…” Ujar Audrey
sambil menggerakkan tangannya
“Apa benar kemaren kamu pergi ke toko buku? Apakah
selama itu kamu membaca?” Kata ayah menanyai lagi sambil penuh curiga
“…………………………...” Audrey tidak menjawab namun ia
hanya menganggukan kepala
“Audrey katakan yang sejujurnya!” Kata ayah
dengan tegas sambil memberikan isyarat
Audrey pun
mulai takut menatap ayahnya dan terlihat wajahnya sangat cemas dengan hal itu.
Lalu karena ayahnya terus menanyai dan memojokkan Audrey. Audrey pun ketakutan
dan mulai berbicara pelan-pelan dan menjelaskan yang sebenarnya. Ia mengatakan
bahwa ia sebenarnya mengikuti kursus renang yang dulu pernah ia ceritakan pada
ayahnya. Setelah mendengar semua yang telah diceritakan Audrey ayahnya marah
besar pada Audrey dan terjadi pertengkaran hebat di dalam rumah. Audrey pun
masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu kamarnya dan ia menangis
sederas-derasnya karena hal tersebut. Pada malam harinya tanpa berpikir
panjang, Audrey pun mengemasi barang-barangnya dan pergi dari rumah. Ia
kemudian berjalan dan singgah kerumah Mahendra. Sesampainya dirumah Mahendra ia
menangis histeris dan Mahendra kebingungan sebenarnya ada apa. Lalu Mahendra
mencoba menenangkan Audrey. Setelah Audrey lumayan tenang dan menghentikan tangisannya,
Mahendra menanyai Audrey pelan-pelan kenapa ia menangis seperti itu. Audrey
awalnya tidak mau berkata jujur dan menjawab Mahendra, Mahendra pun
meninggalkan Audrey dikamarnya agar Audrey merasa tenang. Setelah beberapa
menit Mahendra kembali sambil membawakan segelas susu hangat untuk Audrey. Susu
hangat itu diteguknya perlahan dan ia mulai menceritakan apa yang sebenarnya
terjadi. Setelah menceritakan panjang lebar masalah tersebut, Mahendra pun
mengerti dan menyuruh Audrey untuk beristirahat. Mahendra pun diam-diam
menelepon ibu Audrey untuk memberitahukan bahwa putrinya berada dirumah
Mahendra. Hati ibu Audrey cukup lega setelah mendengar telepon dari Mahendra
karena sebelumnya ia sangat bingung mencari putrinya tersebut.
Tiba keesokan harinya Audrey
pun tidak mau berangkat ke sekolah. Ia hanya berdiam diri dirumah Mahendra.
Mahendra pun membiarkan Audrey. Sepulang sekolah Mahendra pun langsung
menghampiri Audrey yang berada di kamar. Hari itu tepat adalah hari Kamis
dimana Audrey biasanya berlatih di tempat kursus. Mahendra pun mencoba merayu
Audrey agar tidak murung dan tetap berangkat untuk latihan renang. Akhirnya
Audrey pun menyetujui permintaan Mahendra untuk tetap berlatih renang. Mereka
berangkat ke tempat kursus dan seperti biasa Mahendra menemani Audrey untuk
berlatih renang. Setelah latihan renang selesai Audrey pun berkemas dan
bergegas untuk keluar dari tempat kursus itu bersama Mahendra. Namun saat ingin
keluar dari tempat kursus tersebut, pelatih Audrey pun menghentikan langkah
Audrey dan mengajaknya berbicara.
“Audrey
tunggu sebentar!” Kata pelatihnya sambil mengangkat tangan dari kejauhan
Kemudian
pelatihnya menghampiri Audrey.
“Audrey,
saya lihat perkembangan kamu cukup pesat. Besok Minggu sebenarnya ada lomba
O2SN renang sekota Semarang, namun Siska yang harusnya mewakili lomba ini untuk
kategori renang putri apakah kamu bersedia untuk menggantikan Siska dalam lomba
tersebut?” Kata pelatihnya
Namun saat
pelatihnya berbicara pada Audrey ia tidak menanggapinya karena ia tidak mengerti
apa yang diucapkan. Mahendra yang mengerti pun mencoba untuk menjelaskan pada
Audrey perlahan dengan menggunakan bahasa isyarat. Saat selesai menyampaikan
hal tersebut, Audrey pun loncat kegirangan mendengar hal itu. Ia menjadi
semakin bersemangat dan hal ini dapat menjadi pembuktian pada ayah Audrey yang
menentang putrinya itu untuk menjadi seorang atlet. Audrey pun semangat dalam
berlatih karena hari yang tersisa hanya Jumat dan Sabtu untuk berlatih.
Mahendra pun dengan senang menemani Audrey. Malam hari sebelum tiba hari lomba
Mahendra pun mencoba menelepon rumah Audrey dan mengajak berbicara ayah Audrey.
Mahendra menjelaskan banyak tentang cita-cita Audrey yang ia ceritakan pada
Mahendra dan memberitahukan bahwa besok Audrey akan lomba O2SN. Ayah Audrey pun
tersentuh hatinya saat mendengarkan cerita Mahendra. Karena sebenarnya ayah
Audrey mengingikan putrinya untuk menjadi seorang yang melanjutkan usaha
keluarganya bukan malah menjadi atlet renang.
Tiba saatnya Audrey untuk lomba. Sebelum ia berlomba ia terus berdoa agar dapat menjalankan lomba dengan sebaik mungkin. Saat itu Mahendra menemani Audrey dari kejauhan, kemudian ia menelepon ibu Audrey bahwa Audrey hari ini akan lomba renang pada pukul sepuluh pagi. Saat menerima telepo tersebut, akhirnya ayah dan ibu Audrey datang untuk melihat putrinya yang sedang berlomba. Tiba saatnya giliran Audrey untuk lomba. Jantungnya pun berdegup sangat kencang, ia sangat gugup karena ini adalah lomba perdananya dan sekaligus pembuktian pada kedua orang tuanya. Suara peluit pun dibunyikan dan pertanda pertandingan di mulai. Audrey berenang sekuat tenaga hingga ia menjadi orang pertama yang menyentuh batas finish. Audrey pun menjadi juara pertama dalam kompetisi tersebut. Mahendra pun bersorak kegirangan saat melihat sahabatnya itu menajdi pemenang. Lalu setelah itu nama pemenang pun di panggil dan saat nama Audrey disebutkan ia berjalan kea rah podium dan medali emas pun disematkan padanya. Ia turun dari podium dan langsung berlari mencari Mahendra. Saat bertemu Mahendra ia langsung loncat kegirangan dan memeluk sahabatnya itu. Tak lupa orang tuanya pun langsung mendekatinya namun Audrey hanya cuek saja saat diberikan ucapan selamat oleh orang tuanya. Lalu ayahnya mendekat padanya dan mengucapkan selamat pada putrinya tersebut. Ayahnya pun meminta maaf akan apa yang sudah terjadi sebelumnya. Ia sangat menyesal karena telah tidak percaya akan kemampuan putrinya tersebut. Lalu Audrey pun menangis terharu dan memaafkan ayahnya. Mereka pun akhirnya saling berpelukan satu sama lain.
Komentar
Posting Komentar